Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

4 Film Indonesia Tentang HAM, Cocok Ditonton untuk Peringati Hari HAM Sedunia

Berikut ini Tribunnews Merangkum 4 judul film yang Indonesia Tentang HAM yang cocok untuk ditonton di hari HAM 10 Desember hari ini.

Penulis: Umar Agus W
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in 4 Film Indonesia Tentang HAM, Cocok Ditonton untuk Peringati Hari HAM Sedunia
Ilustrasi | Shutterstock
Ilustrasi film di bioskop 

TRIBUNNEWS.COM - Media perfilman Indonesia turut menyuarakan tentang Hak Asasi Manusia atau HAM.

Film merupakan salah satu media yang dirasa efektif untuk mengampanyekan kebebasan dalam HAM tersebut, seperti beberapa film berikut ini yang telah dirangkum Tribunnews.com, Senin (10/12/2018).

Hari Hak Asasi Manusia atau HAM sendiri memang dirayakan tiap tahun oleh banyak negara termasuk Indonesia di seluruh dunia setiap tanggal 10 Desember.

Dilansir dari Wikipedia, 10 Desember Hari Ini dinyatakan oleh International Humanist and Ethical Union (IHEU) sebagai hari resmi perayaan kaum Humanisme.

Baca: Peringati Hari Hak Asasi Manusia 10 Desember, Simak 6 Jenis HAM Berikut Ini,Sudahkah Hakmu Terpenuhi

Ada 6 jenis HAM, yaitu hak asasi sosial, ekonomi, politik, sosial budaya, hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan, dan hak untuk mendapat persamaan dalam hukum dan pemerintahan.

Berikut 4 judul film tersebut yakni:

1.Film Jamila dan sang Presiden (Jamila and the President)

Film Jamila dan Sang Presiden
Film Jamila dan Sang Presiden
Berita Rekomendasi

Jamila dan sang Presiden adalah sebuah film drama dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2009 yang disutradarai oleh Ratna Sarumpaet dan dibintangi oleh Atiqah Hasiholan dan Christine Hakim.

Film ini menceritakan kisah hidup seorang pekerja seks komersial (PSK) yang dipenjara karena membunuh seorang menteri.

Film ini diadaptasi dari sebuah karya drama berjudul Pelacur dan sang Presiden, yang ditulis Ratna setelah menerima sebuah hibah dari UNICEF untuk menelaah perdagangan anak di Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah tersebut.

2.Film Jagal (The Act of Killing)

Film Jagal/The Act of Killing
Film Jagal/The Act of Killing (net)

Jagal adalah film dokumenter karya sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer.

Film dokumenter ini menyorot bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965-1966 memproyeksikan dirinya ke dalam sejarah untuk menjustifikasi kekejamannya sebagai perbuatan heroik.

Baca: 10 Ucapan Hari Hak Asasi Manusia Cocok Untuk Update Status WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter

Dalam Jagal, para pembunuh bercerita tentang pembunuhan yang mereka lakukan, dan cara yang mereka gunakan untuk membunuh.

Tidak seperti para pelaku genosida Nazi atau Rwanda yang menua, Anwar dan kawan-kawannya tidak pernah sekalipun dipaksa oleh sejarah untuk mengakui bahwa mereka ikut serta dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

Mereka justru menuliskan sendiri sejarahnya yang penuh kemenangan dan menjadi panutan bagi jutaan anggota PP.

Jagal atau The Act of Killing disambut pujian di seluruh dunia.

Situs agregator ulasan Rotten Tomatoes memberikan penilaian positif 97% dengan nilai rata-rata 8.8/10 berdasarkan 104 ulasan. The Village Voice menyebut film ini "mahakarya".

3.Kamis Ke 300

Film Kamis ke 300
Film Kamis ke 300

Ternyata, Happy Salma punya cara tersendiri untuk menguatkan hati korban penculikan dan melawan lupa atas tindakan pelanggaran hak asasi manusia.

Dia membuat film Kamis Ke-300 yang mengisahkan kegigihan seorang bapak menuntut anaknya dikembalikan hidup-hidup.

4.Senyap

Senyap
Senyap

Senyap adalah film dokumenter kedua karya sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer dengan tema sentral pembantaian massal 1965 setelah film Jagal.

Jika film Jagal menyoroti sisi pelaku pembantaian, maka film kedua ini lebih menyoroti sisi penyintas dan keluarga korban.

Senyap memfilmkan perjalanan satu keluarga penyintas untuk mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana anak mereka dibunuh dan siapa yang membunuhnya.

Adik bungsu korban bertekad untuk memecah belenggu kesenyapan dan ketakutan yang menyelimuti kehidupan para korban, dan kemudian mendatangi mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya.

Tanggal 10 Desember ini memang dipilih untuk menghormati Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengadopsi dan memproklamasikan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, sebuah pernyataan global tentang hak asasi manusia, pada 10 Desember 1948.

(Tribunnews.com/ Umar Agus W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas