Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Senin Siang, Tinggi Kolom Abu 500 Meter di Atas Puncak
PVMBG informasikan Gunung Anak Krakatu kembali mengalami erupsi, Senin (18/2/2019) siang. Tinggi kolom abu teramati 500 meter di atas puncak.
Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Sri Juliati
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 26 mm dan durasi lebih kurang 2 menit 26 detik.
Namun, tinggi kolom abu tidak teramati karena gunung tertutup kabut.
Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau per 13-14 Februari 2019 pukul 06.00 WIB, beberapa aktivitas kegempaan terjadi.
Di antaranya 19 kali gempa vulkanik dalam (VA), satu kali gempa hembusan, gempa tremor, gempa letusan dan tremor menerus.
Baca: Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Kamis Dini Hari, Erupsi Berlangsung selama 2 Menit 26 Detik
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat 4 Kali Gempa Bumi Landa Sejumlah Wilayah Indonesia hingga Siang Ini
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Bumi Landa Halmahera Maluku dengan Kekuatan 5.2 Magnitudo
Baca: Gempa Hari Ini - Halmahera Selatan Diguncang Gempa Besar, Tidak Berpotensi Tsunami
Baca: Gempa 4,0 SR di Mamasa, Murid SD dan Pegawai Berhamburan ke Luar Ruangan
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Bumi Landa Kolaka, Sulawesi Tenggara
Sabtu (16/2/2019) pagi, tercatat gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-10 mm (dominan 1 mm).
"Juga tercatat ada gempa vulkanik dalam sebanyak 2 kali dengan amplitudo 13 mm, S-P: 1,1 - 1,3 detik dan durasi 7 - 8 detik," kata Suwarno, petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Sedangkan pada malam tercatat ada gempa vulkanik dalam sebanyak 60 kali dengan amplitudo 10-17 mm, S-P : 0,5 - 8 detik dan durasi 0,4 - 12 detik.
Juga tercatat adanya gempa non harmonik 1 kali dengan amplitudo 16 mm dan durasi 165 detik.
Suwarno mengatakan adanya gempa tremor menerus (mikrotremor) kemungkinan karena terbukanya celah energi yang mendorong ke atas.
Tetapi untuk pemantauan secara visual ke Gunung Anak Krakatau terhalang kabut, sehingga tidak teramati adanya asap kawah.
"Gunung tidak bisa terlihat karena tertutup kabut dan mendung. Sehingga tidak teramati apakah ada asap kawah," terang Suwarno.
Gunung Anak Krakatau pada akhir tahun 2018 lalu mengalami erupsi besar yang memicu terjadinya tsunami selat Sunda pada 22 Desember yang meluluhlantahkan pesisir Lampung Selatan dan Banten.
Pasca mengalami erupsi besar,Gunung Anak Krakatau mengalami perubahan bentuk fisik.
Saat ini ketinggian gunung api yang tumbuh kembali di kaldera induknya yang meletus pada 1883 silam itu tinggal 110 mdpl (meter dari permukaan laut).