Waspada Ada Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan, BMKG: Curah Hujan Mulai Tampak Rendah
BMKG memantau periode kemarau pertama serta mengimbau setiap Pemerintah Daerah untuk mewaspadai adanya kebakaran hutan dan lahan.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
BMKG memantau periode kemarau pertama serta mengimbau setiap Pemerintah Daerah untuk mewaspadai adanya kebakaran hutan dan lahan.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau periode kemarau pertama akan dialami di Pesisir Sumatera bagian Tengah dan Kalimantan bagian Barat, serta adanya potensi meningkatnya kebakaran hutan dan lahan di Riau.
Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan di sepuluh hari pertama pada bulan Februari, menunjukkan curah hujan kategori rendah yang tampak di sebagian besar Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau, sebagian Kalimantan Utara dan Timur, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Tengah.
Menurut BMKG, peta analisis hari tanpa hujan berurutan di wilayah Sumatera menunjukkan beberapa tempat.
Tempat-tempat tersebut berada di pesisir timur Aceh, Sumatera Utara, dan Riau terindikasi mengalami hari kering berurutan selama 6 hingga 20 hari.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Bumi Landa Manokwari Papua, Pusat Gempat di Darat
Baca: Peringatan Dini BMKG: Daftar Wilayah di Indonesia Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Hari Ini & Besok
Di Riau, hari tanpa hujan kategori panjang selama 21 hingga 30 hari telah terjadi di Rangsang, Rangsang Pesisir dan daerah Tebing Tinggi.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan, jika selama sepuluh hari kedua pada bulan Februari 2019, wilayah subsiden/kering mendominasi wilayah Indonesia hingga sepuluh hari terakhir.
Hal tersebut yang ditengarai sebagai MJO (Madden Julian Oscillation/massa udara basah) fase kering.
Kondisi ini, kata Herizal, akan menyebabkan proses konvektif (penguapan) dan pembentukan awan hujan terhambat.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Indonesia Jumat 22 Februari 2019, Hujan Lebat Disertai Sambaran Petir
Baca: Ini Peringatan BMKG soal Gelombang Tinggi di Sejumlah Wilayah
"Kondisi kurang hujan di wilayah-wilayah tersebut didukung oleh kondisi troposfer bagian tengah yang didominasi kelembaban udara yang relative rendah" ungkap Herizal, seperti yang dikutip Tribunnews.com dari laman BMKG.
"Ini sesuai dengan peta prediksi spasial anomali radiasi balik matahari gelombang panjang (OLR)," ujar Herizal.
Herizal mengutarakan, dampak dari kemarau pertama adanya peningkatan jumlah titik api (hotspot) pada dua pekan terakhir ini di berapa wilayah.
Sebagaimana terpantau oleh BMKG, daerah yang cukup signifikan berada di Riau 80 titik dari 24 titik pada pekan sebelumnya dan Kalimantan Timur 7 titik.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat 3 Gempa hingga Kamis Siang, Terjadi di Sigi Sulteng-Manggarai Barat NTT
Baca: Peringatan Dini BMKG: Daftar Wilayah di Indonesia Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem 21-23 Februari 2019
Dari pengamatan Stasiun Klimatologi Tambang, Riau, kondisi curah hujan bawah normal terdeteksi di wilayah pesisir timur telah berlangsung sejak awal Februari 2019.
Herizal menambahkan, kondisi kering ini akan berpotensi memudahkan terjadinya hotspot yang dapat memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang akhirnya dapat menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memantau adanya penurunan kualitas udara berdasarkan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Berdasarkan indeks tersebut menunjukkan tidak sehat di daerah Rokan Hilir pada Senin (12/2/2019) pukul 09.00 WIB.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Besok Jumat 22 Februari 2019, Hujan Petir di Sejumlah Kota
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Gelombang Tinggi di Sejumlah Wilayah, Berlaku hingga Minggu 24 Februari
Sementara daerah lain terindikasi pada ISPU sedang.
Pengamatan jarak pandang mendatar (visibility maksimum) terlaporkan masih dalam kisaran 2 hingga 5 kilometer.
Berdasarkan posisi daerahnya, Pesisir Barat Sumatera, Sumatera bagian Tengah, Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi bagian Tengah dan sebagian Tenggara, dan sebagian Papua bagian Utara yang dekat dengan garis khatulistiwa, memiliki karakter musim yang berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Karakter musim itu ditandai adanya dua kali puncak hujan dan puncak kemarau dalam setahun.
Baca: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Hari Ini, BMKG: Hujan Dominasi Wilayah Jakarta di Siang Hari
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah Hari Ini dan Besok, Waspada Hujan Petir
Kondisi ini berlangsung di bulan Februari, sementara kemarau kedua berlangsung mulai Juni hingga Agustus.
Herizal mengimbau kepada Pemerintah Daerah, Instansi terkait, dan masyarakat luas pada umumnya di wilayah terdampak untuk terus waspada.
Pemda diminta siap siaga terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih dan terus mengikuti pembaharuan informasi.
(Tribunnews.com/Whiesa)