6 Fakta Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, Tradisi Jelang Nyepi hingga Kuliner Wajib yang Disajikan
Berikut ini 6 fakta perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, tradisi jelang nyepi hingga kuliner yang wajib disajikan. Ada lawar hingga entil.
Penulis: Bunga Pradipta Pertiwi
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Berikut ini 6 fakta perayaan Hari Raya Nyepi di Bali, tradisi jelang nyepi hingga kuliner yang wajib disajikan. Ada lawar hingga entil. Baca selengkapnya di sini!
TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Nyepi merupakan salah satu perayaan umat Hindu.
Tahun ini, Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka jatuh pada Kamis (7/3/2019).
Dilansir Tribunnews.com dari Tribunbali.com, perayaan Hari Raya Nyepi berdasarkan pada penanggalan kalender Saka.
Baca: Bahas Perayaan Nyepi 2019, PHDI Temui Presiden Jokowi
Kalender Saka sudah ada sejak tahun 78 masehi, dan sama-sama memiliki 12 bulan dalam satu tahun.
Tahun Baru Saka memiliki bahnyak makna diantaranya sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan) hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.
Umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka dengan cara Nyepi selama 24 jam.
Hari Raya Nyepi dimulai pukul 06.00 Wita, Kamis (7/3/2019) hingga Jumat (8/3/2019) pukul 06.00 Wita, umat Hindu melakukan catur brata penyepian.
Pulau Bali memang terkenal dengan adat dan kebudayaan yang masih begitu kental, ada -ada saja tradisi yang dirayakan setiap harinya.
Ternyata sebelum dan sesudah Nyepi masih ada tradisi yang dilakukan di Bali.
Apa saja tradisinya? Berikut ini rangkuman tradisi sebelum hingga sesudah nyepi yang ada di Bali yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber pada Rabu (6/3/2019).
Upacara Melasti diadakan dua hari sebelum hari Nyepi.
Dilansir dari Grid.ID dalam upacara Melasti, umat Hindu di Bali melakukan ibadah atau sembahyang di laut.
Yang menarik dari tradisi ini adalah aneka macam persembahan yang diarak dari pura ke pantai.
Kamu bisa menyaksikan upacara Melasti di Pantai Sanur, Pantai Candidasa atau Pantai Klotok.
Baca: 4 Tempat Terbaik Menikmati Langit Berbintang saat Hari Raya Nyepi di Bali
2. Ngerupuk (Pawai Ogoh-ogoh)
Acara pawai Ogoh-ogoh menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat Nyepi.
Acara ini diadakan sehari sebelum Nyepi.
Pawa ini biasanya ditandai dengan patung Ogoh-ogoh yang diusung oleh banyak orang dan diarak berkeliling dan kemudian dibakar.
Salah seorang budayawan, Nyoman Santiawan mengatakan pada akhirnya ogoh-ogoh yang menjadi gambaran sifat buruk manusia akan dibakar seperti dilansir dari Tribun Jogja.
Kamu dapat menyaksikan pawai Ogoh-ogoh ini di Kuta, Bali.
3. Nyepi
Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian atau empat pantangan.
Empat pantangan itu yakni amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelangunan (tidak bersenag-senang).
Tradisi Nyepi sebenarnya merupakan hari di mana para umat Hindu merefleksikan diri dengan apa yang telah mereka lakukan sepanjang tahun sebelumnya.
Mereka menghentikan segala kegiatan dan memfokuskan diri untuk memikirkan segala tindaknya yang telah lalu.
Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat Hindu telah melakukan dialog spiritual kepada semua pihak dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan, keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama.
Baca: 10 Ucapan Hari Raya Nyepi 2019: Cocok untuk Update Status WhatsApp, Instagram, Facebook dan Twitter
4. Ritual
Sehari setelah Nyepi, masih ada tradisi yang dilaksanakan di Bali salah satunya tradisi Omed-omedan.
Tradisi Omed-omedan dilaksanakan oleh masyarakat Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar Selatan.
Tradisi ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-17 dan terus berlangsung hingga saat ini.
Sekali waktu di masa lalu, tradisi ini pernah ditiadakan, tiba-tiba di tengah desa muncul dua ekor babi hutan yang saling bertarung.
Masyarakat setempat menganggap hal tersebut sebagai pertanda buruk, sehingga sesepuh desa segera memanggil kembali para muda-mudi untuk berkumpul dan menyelenggarakan Omed-omedan seperti biasa.
Setelah kejadian itu, tradisi ini terus diadakan secara rutin sebagai upaya agar desa terhindar dari malapetaka.
Tradisi ini dilakukan oleh sekelompok pemuda dan pemudi berusia 17 hingga 30 tahun dengan yang saling tarik-menarik, memeluk, dan mencium pipi.
Kemeriahan semakin terasa saat muda-mudi bertabrakan, kemudian saat saling berangkulan itu mereka disiram dengan air.
Acara adat ini dilakukan sebagai bentuk kegembiraan, rasa syukur, sekaligus memupuk kebersamaan dan kekeluargaan.
Sebelum melakukan acara ini, semua peserta diwajibkan mengikuti upacara atau sembahyang di Pura Banjar.
5. Mebuug-Buugan
Baca: 7 Kuliner Khas Bali Ini Selalu Hadir Jelang Hari Raya Nyepi, Ada Cerorot hingga Nasi Tepeng
Tradisi Mebuug-buugan dimiliki oleh krama (warga) Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Tradisi Mebuug-buugan diambil dari kata “buug” yang berarti tanah atau lumpur yang bermakna membersihkan diri di tahun baru ala Hindu.
Bagi mereka yang mengikuti Tradisi Mebuug-buugan ini, akan mengotori badan mereka dengan lumpur.
Dalam perang lumpur itu, semua pesertanya adalah kaum laki-laki dan perempuan dari semua usia.
Mereka berperang bersama-sama dengan menggunakan lumpur saling lempar dalam suasana keceriaan dan kebersamaan.
Usai mengotori diri di pantai bagian timur, ratusan peserta mebuug-buugan kemudian berjalan menuju pantai di bagian barat untuk membersihkan diri.
Bagi masyarakat awam, tradisi ini mungkin dirasa aneh, akan tetapi tradisi mebuug-buugan sudah ada sejak seratus tahun lalu.
Hanya saja, tradisi tersebut sempat terhenti selama 60 tahun dan baru pada tahun 2015 setelah melalui proses rekonstruksi.
6. Kuliner Khas Saat Nyepi
Selain melakukan persembahyangan, ada juga berbagai makanan khas yang disajikan.
Berikut ini makanan khas yang wajib disajikan saat nyepi dilansir dari Tribunbali.com.
Nasi Tepeng
Makanan tradisional khas Gianyar Bali ini memiliki rasa yang pedas dengan bumbu aneka rempah pilihan yang dimasak menjadi satu.
Masakan ini berisi sayuran seperti kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, dan daun kelor serta tambahan kelapa parut di atasnya..
Nasi Tepeng disajikan dengan menggunakan daun pisang sehingga menjadikan rasanya lebih nikmat.
Lawar
Makanan ini terbuat dari campuran sayuran dan daging cincang yang diberi bumbu khas Bali.
Penamaan lawar sendiri tergantung dari jenis bahan yang digunakan.
Jika menggunakan sayuran dari nangka muda maka namanya menjadi lawar nangka, begitu pula dengan bahan lainnya.
Pulung Nyepi
Hidangan khas Kelurahan Sukasada ini merupakan salah satu jajanan yang disajikan dalam tradisi umat Hindu saat Pengerupukan yaitu satu hari sebelum Hari Raya Nyepi.
Bahannya terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan tepung kanji lalu dikukus, diuleni, dibentuk, kemudian direbus hingga matang, dan disajikan dengan parutan kelapa muda di atasnya.
Entil
Entil merupakan makanan tradisional masyarakat Desa Wongaya Gede yang dibuat khusus pada Hari Raya Nyepi.
Makanan ini sejenis ketupat yang dibuat dari beras kemudian dibungkus daun lalu diikat dengan bambu.
Cerorot
Cerorot merupakan jajanan kue basah yang paling disukai oleh anak-anak, karena rasanya yang manis dan bentuknya yang unik.
Cerorot memiliki bentuk yang memanjang seperti kerucut dan dibentuk dari cetakan kulit ental.
Adonan yang telah diuleni kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan dikukus hingga matang.
Ayam Betutu
Ayam Betutu merupakan makanan yang sering kali dijadikan sajian untuk acara sesembahan saat upacara keagamaan umat Hindu.
Ayam Betutu diolah dengan cara dipanggang dalam api sekam.
Ayam Betutu ini merupakan masakan kebanggaan dan khas masyarakat Bali.
(Tribunnews.com / Bunga)