Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gunung Agung Kembali Erupsi pada Kamis Malam, Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter dari Puncak

Gunung Agung kembali erupsi pada Kamis (11/4/2019) malam. Pada erupsi kali ini, tinggi kolom abu vulkanik mencapai 2.000 meter dari puncak.

Penulis: Daryono
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Gunung Agung Kembali Erupsi pada Kamis Malam, Tinggi Kolom Abu 2.000 Meter dari Puncak
Instagram/goedebawa
Aktivitas Meningkat, Gunung Agung Bali Kembali Erupsi, Zona Bahaya Berada di Radius 4 kilometer 

Selain semburan abu, gemuruh erupsi Gunung Agung juga terdengar sampai Pos Rendang, Bali.

Sebanyak 5000-an Panel Surya Terpapar Abu Vulkanik Gunung Agung

Erupsi Gunung Agung, Kamis (4/4/2019) dini hari menyebabkan dampak hujan abu vulkanik hingga wilayah Kabupaten Bangli.

Seperti di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Dusun Bangklet, Desa Kayubihi, paparan abu vulkanik kembali menutupi seluruh panel surya di areal ini.

Berdasarkan pantauan Tribun Bali di lokasi, seorang petugas PLTS terlihat membersihkan panel-panel surya yang terpapar abu vulkanik, menggunakan semprotan air serta menggosoknya dengan alat sejenis kain pel.

Pegawai PLTS lainnya, I Nengah Cahyadi mengatakan, ini merupakan kali kedua paparan abu vulkanik menutup seluruh panel suryayang berjumlah 5004 panel, terhitung sejak erupsi pada tahun 2018 lalu.

“Paparan abu vulkanik pada hari ini diketahui sekitar pukul 07.00 Wita, dengan ketebalan abu mencapai 1 milimeter,” ucapnya.

Berita Rekomendasi

Cahyadi tak memungkiri, tertutupnya panel surya oleh abu vulkanik Gunung Agung, berpotensi menurunkan jumlah daya listrik yang mampu dihasilkan oleh PLTS Bangli.

Katanya, jika pada cuaca normal seluruh panel bisa menghasilkan daya listrik hingga 3000 kwh, dengan tertutupnya panel diperkirakan hanya mampu menghasilkan daya sekitar 1500 hingga 2000 kwh per hari.

Baca: Gunung Agung Erupsi, Sejumlah Desa Terpapar Abu Vulkanik

“Kondisi ini dipengaruhi pula dengan cuaca mendung,” katanya.

Ia menambahkan, pembersihan panel surya hanya menggunakan air tanpa menggunakan bahan kimia lain seperti detergen.

Setelah abu vulkanik disemprot, kemudian digosok menggunakan kain khusus yang memiliki tekstur halus sehingga tidak merusak panel.

Selain itu, sambung Cahyadi, pembersihan panel juga perlu mematikan inverter untuk mengantisipasi berbagai kejadian lain yang tidak diinginkan.

“Pembersihan ini dilakukan per satu baris, di mana masing-masing baris terdiri dari 100 panel surya. Sesuai prosedur keselamatan kerja, pembersihan juga perlu mematikan inverter di baris panel surya itu. Memang, ini akan menurunkan jumlah daya yang mampu dihasilkan, namun tidak terlalu signifikan karena pembersihan panel tidak terlalu lama. Pun demikian, inverter pada baris panel lainnya juga tetap hidup dan tetap menghasilkan daya listrik,” katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas