Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Rosiana Silalahi: Baca Berita Musibah Kok Ketawa Cengengesan?

Untuk mengurangi gugup di depan kamera, penyiar TV disarankan banyak senyum, asal jangan senyum-senyum ketika baca berita musibah.

Penulis: Agung Budi Santoso
zoom-in Rosiana Silalahi: Baca Berita Musibah Kok Ketawa Cengengesan?
Ist
Rosiana Silalahi, mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anda berobsesi jadi penyiar TV yang handal tapi merasa demam kamera (gugup menghadapi kamera)?

Tenang, satu tips yang paling ampuh untuk melawan gugup dalam menghadapi kamera adalah memperbanyak senyum.

Tips sederhana ini disampaikan Rosiana Silalahi, penyiar TV yang juga mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV, dalam "Workshop Jadi Penyiar TV Handal" di ajang Pesta Media 2013, akhir pekan lalu.

Kepada para juniornya, Rosi seringkali menekankan pentingnya memperbanyak senyum untuk mengurangi ketegangan atau rasa gugup saat wajah disorot kamera, apalagi ketika siaran secara langsung (live).

Meski demikian, tidak berarti penyiar TV harus selalu senyum-senyum ketika membaca semua berita. Pasalnya Rosi acapkali melihat penyiar TV tersenyum pada kondisi yang tidak pas.

"Sangat tidak pas kalau senyum-senyum ketika membacakan berita musibah. Jangan tertawa cengengesan, karena kita bisa dituduh tidak berempati terhadap kabar duka yang sedang dibacakan," tuturnya.

Di luar berita musibah, justru disarankan mengurangi rasa gugup dengan berimprovisasi dengan segara cara, mulai senyum, bercanda dengan mitra penyiar di sebelahnya atau memberikan komentar yang pas untuk tiap berita yang baru saja dia baca.

Berita Rekomendasi

Tips lain yang disampaikan Rosiana adalah, penyiar TV harus berwawasan luas dengan cara seringkali membaca isu-isu hangat di semua bidang.

Ini amat penting karena yang dibaca penyiar TV itu adalah lintas bidang, mulai politik, ekonomi, hiburan, olahraga, kriminalitas dan sederet lain.

"Kelihatan kok penyiar yang sekedar baca berita doang dengan penyiar yang paham dengan isu-isu panas yang dia baca," tuturnya.

Menurutnya, penyiar yang berwawasan luas tentu saja akan memberikan bobot lebih  bagus ikut mengomentari narasi berita, meski itu dalam nada canda.

Tak kalah penting adalah penguasaan bahasa asing. Kurangnya penguasaan bahasa Inggris seringkali membuat penyiar TV salah ucap dan kurang pas intonasinya saat mengucapkan istilah-istilah asing.


Agung BS

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas