Masih Hidup Ngirit, Anak Istri Tinggal di Pemukiman Kumuh
Berjaya di ajang Indonesia Mencari Bakat, personel Klantink hidupnya masih ngirit. Anak istri tinggal di rumah petak.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Saifudin, salah satu personel grup musik Klantink, tetap hidup irit, setelah kelompok musik yang dia gawangi berjaya di panggung Indonesia Mencari Bakat (IMB) di Trans TV.
Tabungan yang dimiliki ia sediakan untuk biaya pendidikan kedua anaknya. Sebagian lagi digunakan membantu orang tuanya. "Saya belum terlalu memikirkan beli ini beli itu. Saat ini, punya tabungan untuk sekolah dua anak saja, saya sudah sangat bersyukur. Saya juga lega bisa membelikan orangtua sebidang tanah di kampung halaman Tanggulangin, Sidoarjo," katanya.
Saifuddin tidak sendirian membeli tanah itu. Ia ajak dua adiknya, yang juga personel Klantink, Lukin dan Doweh untuk urunan.
Sementara Budiarto, alias Budi Klantink, menyerahkan sebagian besar uang itu untuk membayar utang ayahnya. Lalu Devi Indriawan, alias Wawan, membeli sebuah rumah di Sukodono untuk anak istrinya.
Kehidupan lama nan sederhana, memang masih terlihat pada diri masing-masing personel Klantink meski mereka telah menjadi bintang ajang pencarian bakat. Istri dan dua anak Saifudin, masih tinggal di rumah petak sempit di kawasan DKA Tegal, pemukiman kumuh di sisi utara Terminal Joyoboyo, Surabaya.
Kemana-mana, Saifudin juga masih mengantar istri dan anak-anaknya dengan sepeda motor. Klantink sejatinya mendapat hadiah sebuah mobil Suzuki Splash hadiah dari IMB, tapi mobil seharga Rp 140 Juta itu sudah dijual dan hasilnya dibagi rata.
Personel lain, seperti Budi Klantink, mengaku malah masih sering tidur di emperan terminal. "Kalau libur, pulang ke Surabaya, kegiatan saya ya cangkrukan di sini. Kalau kemaleman males pulang ya masih tidur di sini," kata pria tambun yang punya nama asli Budiarto ini terkekeh.
Kalaupun ada perubahan yang mencolok, adalah, blackberry yang sering terlihat di mereka mainkan di tangan. Naik pesawat kini juga bukan lagi jadi sebuah barang mewah buat mereka.
Selain itu, tak ada lagi, selain mereka kerap berbagi rokok dan makan gratis dengan sesama rekan pengamen. "Dulu Budi itu hampir tiap pagi utang makan, kopi sama rokok disini. Sekarang enggak pernah utang, malah sering bayari teman-temannya," kata Minah, penjaja kopi di terminal bis kota Joyoboyo. (Aji Bramastra)