"Jalanan", Kisah Jujur Kaum yang Termarjinalkan
"Jalanan" adalah film dokumenter musikal kritis terbaru karya penulis Daniel Ziv.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu rangkaian acara Ubud Writers & Readers Festival 2013 adalah pemutaran film dokumenter "Jalanan" yang digelar Senin (14/10/2013) malam.
"Jalanan" adalah film dokumenter musikal kritis terbaru karya penulis Daniel Ziv yang mengisahkan tiga muda-mudi pengamen jalanan Ibu Kota Jakarta, yaitu Boni, Ho, dan Titi.
Diceritakan, Boni, Ho dan Titi menyanyikan musik-musik keresahan sosial mereka dari bus ke bus, menghadapi berbagai pernak-pernik kehidupan Jakarta dengan hukum dan korupsinya yang membingungkan, dan menelusuri kehidupan mereka di desa tempat mereka berasal, Jawa Tengah, dengan iringan musik-musik orisinal.
Film "Jalanan" bertujuan memberikan kesempatan "bersuara" bagi orang-orang yang biasanya tidak memiliki kesempatan menyampaikan pandangan dan impian-impian mereka.
Dalam pemutaran yang juga didukung penuh oleh The Body Shop, hadir para pemain film tersebut.
Dijelaskan Daniel dalam rilis yang diterima TRIBUNnews.com dari The Body Shop, biasanya film-film dokumenter yang sejenis dibuat dengan mengunjungi dan mengambil negara-negara berkembang lalu pembuatnya kembali ke negaranya dan berpergian ke berbagai festival film tanpa melibatkan lagi aktor-aktornya.
"Dalam 'Jalanan', para pemain kami libatkan secara aktif dalam (acara) penayangan-penayangannya karena kami ingin mereka juga merasa memiliki film ini juga," ujar Daniel.
Dia meyakini kisah ketiganya yang berjuang bertahan hidup di tengah cepatnya perubahan globalisasi merupakan kisah yang penting dan menarik. Diharapkan, kisah ini dapat membuka hati dan pikiran terhadap keadaan sesama.
CEO The Body Shop Suzy Hutomo menyatakan dukungannya pada film dokumenter "Jalanan" karena mengajarkan masyarakat untuk lebih memahami mengenai orang-orang yang termarjinalkan dengan media seni yang kreatif dan atraktif.
"Kita dan masyarakat sering mengabaikan hal-hal sederhana yang ada di sekitar kita. Fenomena hak-hak asasi manusia yang biasanya lebih menjadi perhatian masyarakat ialah kasus-kasus ekstrim seperti perang, penindasan, dan pembunuhan massal," ujar Suzy.
Menurutnya Suzy, pengajaran dan pembelaan HAM tidak harus selalu dengan cara yang sulit dipahami namun perlu ada kreatifitas dalam pengemasannya.
Film "Jalanan" merupakan sarana yang ideal dalam pembelaan HAM karena menggunakan media seni yang mudah dimengerti dan lebih menarik bagi masyarakat umum.
Daniel Ngantung