Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Sulitnya Rio Dewanto Akting dalam Dialek dan Logat Batal yang Kental

Akting di film "Bulan di Atas Kuburan" membuat Rio Dewanto harus mati-matian belajar dialog dalam dialek Batak yang kental.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Sulitnya Rio Dewanto Akting dalam Dialek dan Logat Batal yang Kental
Ist
Aktor Rio Dewanto 

TRIBUNNEWS.COM - Aktor yang saat ini juga dikenal sebagai bintang iklan produk perawatan wajah, Rio Dewanto , saat ini sedang sibuk menjalani syuting film terbarunya, Bulan di Atas Kuburan . Film remake atau film yang dibuat kembali dengan judul yang sama (dulu film ini diproduksi tahun 1973) ini diambil dari novel berjudul sama karya Asrul Sani dan terinspirasi dari puisi karya Sitor Situmorang.

Di film yang saat ini disutradarai oleh Edo Sitanggang dan dibuat dengan setting masa kini, Rio berperan sebagai seorang penulis asal Sumatra Utara bernama Sahat. “Sahat ini bersuku Batak yang lahir di Samosir. Dia lalu mencoba datang ke Jakarta untuk mengadu nasib di ibu kota sebagai penulis. Sahat diceritakan sudah memenangkan sayembara menulis, yang kemudian ditawari akan dibuatkan novel di Jakarta,” papar Rio tentang perannya itu, saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, sebagai lokasi syutingnya.  

Sayangnya, Rio melanjutkan, sesampainya di Jakarta semuanya berubah terutama ketika Sahat mulai bertemu dengan banyak orang dari kalangan partai politik. “Bahkan akhirnya Sahat juga mulai putar haluan tidak melanjutkan cita-citanya sebagai penulis, melainkan ikut terjun ke dunia politik akibat dipengaruhi oleh banyak orang dan banyak faktor selama tinggal di ibu kota,” papar Rio lagi.  

Rio mengaku, ada kesulitan yang ia rasakan saat harus menghidupkan karakter Sahat. Terutama soal dialek atau logat khas Batak yang harus ia lakukan. “Apalagi Sahat berasal dari kampung, sehingga logatnya harus khas dari kampung banget. Memang harus belajar banyak, sih. Tapi untuk saya pernah tinggal beberqpa bulan di Medan, jadi sambil saya gali dan ingat-ingat lagi soal logat dan gerak-gerik orang Batak seperrti apa.”

Film ini, kata Rio, secara garis besar bertema tentang urbanisasi yang memang dekat dengan kehidupan warga kota Jakarta yang kebanyakan adalah pendatang dari kota lain. “Menggambarkan perjalanan hidup seseorang yang berasal dari desa  yang pergi ke kota besar, tapi dia tak berhasil mengejar impiannya itu. Juga menggambarkan bahwa Jakarta sudah terlalu banyak intrik untuk sejumlah orang yang mudah dipengaruhi pihak lain. Contohnya Sahat ini,” kata Rio.  

Namun begitu, Rio mengakui sangat mengagumi karya Asrul Sani yang menurutnya masih sangat relevan diangkat ke layar lebar saat ini. “Itulah hebatnya Asrul Sani, naskah dan filmnya dibuat oleh beliau di tahun 1973, tapi ceritanya masih sangat relevan dengan masa sekarang. Memanga da banyak perubahan jika dibandingkan dnegan film aslinya, apalagi setting-nya juga dibuat zaman sekarang. Tapi secara garis besar, cerita yang diangkat masih sama,” tanasd Rio yang di film ini juga bermain bersama sang istri, Atiqah Hasiholan.

“Di sini Atiqah jadi anak dari seorang pria setengah baya yang semula menjanjikan akan membuatkan novel untuk tulisan karya Sahat. Si pria ini ternyata pendukung presiden yang korup. Sementara saya jatuh cinta kepada anaknya yang diperankan Atiqah. Tapi pada akhirnya Sahat juga bekerja untuk ayahnya Atiqah di film ini,” tutur Rio sambil mengatakan, proses syuting film ini baru dilakukan sebanyak 20 persen dan direncanakan baru akan rilis pada Maret tahun 2015 mendatang.  (Intan/Tabloidnova.com)

Berita Rekomendasi


Tags:
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas