”Dalam industri perbukuan, jadi Guest of Honor di Frankfurt Book Fair merupakan peristiwa sangat penting. Bukan hanya industri buku yang diuntungkan, melainkan juga kebudayaan dan pariwisata sebuah negara,” tulis Dee melalui surat elektronik, Rabu (19/11).

Namun, keuntungan itu tidak jatuh dari langit. Perlu upaya kreatif, cerdas, dan keras mengisi ruang 1.800 m2 di satu gedung yang lokasinya strategis di Messe Frankfurt, Oktober 2015. Selama ikut pameran buku terbesar di dunia itu, Indonesia hanya dapat satu stan.

Menurut Dee, yang pertama dikenal publik sebagai penyanyi, ruang di Frankfurt bisa jadi etalase budaya Indonesia. Tidak hanya naskah terpilih, tetapi juga tarian, musik, kuliner, dan beragam kekayaan Indonesia. Pesona Indonesia harus tampil dan bisa memukau.

”Indonesia tidak kekurangan budaya untuk ditampilkan. Namun, begitu ngomongin buku dan sastra, kita kelu karena naskah terjemahan sangat kurang, penulis yang berkiprah secara internasional bisa dihitung jari, jadi ini satu aspek yang harus sangat diperhatikan,” ujarnya.Satu tahun sudah berkurang sebulan. Pekerjaan rumah (PR) harus dikerjakan. (INU)