Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Referensi Film HOS Tjokroaminoto Banyak Bersumber dari Belanda

Eksekutif Produser Film HOS Tjokroaminoto, Erik Hidayat, mengaku membutuhkan riset hingga dua tahun

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Referensi Film HOS Tjokroaminoto Banyak Bersumber dari Belanda
Warta Kota/Nur Ichsan
HOS TJOKROAMINOTO - Acara Kick Off Film HOS Tjokroaminoto, di Lounge XXI Plasa Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/9). Yayasan HOS Tjokroaminoto, menggelar kick off yang menandai dimulainya syuting film Guru Bangsa : Tjokroaminoto, yang mengangkat kehidupan tokoh pergerakan HOS Tjokroaminoto era 1890-1920-an, yang akan dimulai September ini. Warta Kota/nur ichsan 

TRIBUNNEWS.COM – Eksekutif Produser Film HOS Tjokroaminoto, Erik Hidayat, mengaku membutuhkan riset hingga dua tahun sebelum dirinya benar-benar yakin mulai memproduksi film bergenre sejarah tersebut.

"Butuh waktu sekitar dua tahun untuk riset karena memang tidak banyak sejarawan atau literatur Indonesia yang menjelaskan HOS Tjokroaminoto," kata Erik saat menggelar bedah film di Universitas Riau bersama dengan pemeran utama Putri Ayudhya di Pekanbaru, Kamis.

Menurutnya, dirinya bahkan harus terbang ke Belanda karena di negara kincir angin tersebut banyak sumber yang menjelaskan kehidupan Hadji Omar Said Tjokroaminoto atau yang dikenal sebagai HOS Tjokroaminoto tersebut.

"Kita justru menemukan banyak sumber di Belanda sana dibandingkan di Indonesia," kata Erik yang juga adalah Cicit Guru bapak bangsa tersebut.

Ia mengatakan bahwa mencari literatur HOS Tjokroaminoto merupakan tantangan tersendiri, namun dirinya mengaku puas saat film tersebut selesai dan berhasil menyedot puluhan ribu penonton Indonesia.

Ia berharap dengan adanya film ini, maka akan meningkatkan rasa nasionalisme serta menumbuhkan kecintaan rakyat Indonesia dengan sejarah yang cukup membanggakan.

Kemudian dalam penggarapan film yang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan tersebut, ia menjelaskan telah berupaya sebaik mungkin menggambarkan kondisi pada zaman Surabaya pada zaman penjajahan Belanda itu, seperti membangun trem sendiri dan membuat mobil klasik secara ekslusif.

BERITA REKOMENDASI

Sementara saat disinggung soal biaya yang dibutuhkan, ia tidak menampik bahwa cukup besar dana yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan film tersebut, namun Erik enggan menyebutnya secara rinci.

Dalam bedah film yang digelar di Aula Rumah Sakit Universitas Riau tersebut cukup menarik antuasiasme mahasiswa. Acara bedah film sendiri diakhiri dengan nonton bareng di salah satu bioskop terkemuka di Kota Pekanbaru.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas