Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Kisah Kesedihan Putri Didi Petet Sepeninggal Ayah

Nabila, putri kedua Didi dan Uce mengaku terlalu banyak kenangan indah yang pernah ditorehkan Didi semasa hidupnya.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Kisah Kesedihan Putri Didi Petet Sepeninggal Ayah
Tribunnews/JEPRIMA
Istri almarhum Didi Widiatmoko atau lebih dikenal Didi Petet, Uce Sriasih saat menaburkan bunga di makam suaminya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (15/5/2015). Almarhum meninggalkan diusia 58 tahun pagi tadi dirumahnya, pria kelahiran surabaya 12 Juli 1956 itu menyumbangkan banyak karya untuk dunia perfilman Indonesia. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tujuh hari sudah aktor senior Didi Widiatmiko atau yang selama ini dikenal sebagai Didi Petet berpulang. Duka mendalam masih begitu membekas di hati sang istri, Uce Sriasih dan juga keenam anak mereka.

Nabila, putri kedua Didi dan Uce mengaku terlalu banyak kenangan indah yang pernah ditorehkan Didi semasa hidupnya. Hal tersebut yang membuat Nabila bersama keluarganya masih sulit untuk bangkit dari kesedihan.

“Sampai saat ini saja saya masih merasa terpukul dengan kepergian Bapak. Rasanya hancur banget. Apalagi malam sebelum Bapak meninggal, saya masih ketemu dan ngobrol. Enggak ada firasat sama sekali apalagi sudah melihat kondisi Bapak yang sudah jauh lebih sehat darui sebelumnya,” ungkapnya saat ditemui di acara tahlilan hari ke 7 Didi Petet, Kamis (21/5) malam.

Dengan nada getir, Nabila mengakui kondisi sang ayah mendadak menurun sejak menghadiri sebuah acara di Milan. Bahkan Didi pun sempat menjalani perawatan.

“Saya tahu sih sejak dari Jakarta Bapak memang sudah terlihat sangat letih. Nah, pas disana keluarga dikasihtahu kalau Bapak sakit dan didiagnosa asam lambungnya naik. Bahkan saat pulang ke Indonesia pada tanggal 10 Mei, Bapak juga harus pakai kursi roda karena memang masih drop. Terus tanggal 12 Mei Bapak ditemani Ibu ke Bandung untuk terapi. Pulang kamis malam, dan enggak tahunya jumat subuh Bapak ‘pergi’.”

Lalu momen berharga seperti apa yang menjadi kenangan terakhir dari Didi? “Momen di meja makan itu adalah salah satu ritual keluarga. Karena sebelum melakukan aktifitas semua wajib sarapan di meja makan. Disitu kami semua saling cerita dan tukar pikiran. Makanya, saat Bapak enggak ada, terus lihat meja makan rasanya sedih. Kami memilih untuk menghindar sementara dan makan di tempat lain daripada keingetan Bapak terus,” kata Nabila sambil terisak. (Antie / Tabloidnova.com)

BERITA REKOMENDASI
Tags:
Sumber: Tabloidnova.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas