Jalani Disc Jockey Tanpa Busana Gia Cepat Tenar, 'Tak Peduli Apa Kata Orang'
Meskipun tidak dipungkiri label menjadi nude disc jockey membuatnya banyak mendapat tawaran dari berbagai kelab malam
Editor: Hendra Gunawan
Tapi, Gia mengaku bukan perempuan murahan yang bisa dengan mudah digoda.
“Orang-orang mungkin berpikir aku bisa dibooking untuk urusan seks atau apalah dengan profesi yang aku jalani itu. Tapi aku pastikan kalau aku tidak seperti itu. Aku benar-benar jalanin itu dengan professional.”
Meskipun tidak dipungkiri label menjadi nude disc jockey membuatnya banyak mendapat tawaran dari berbagai klab malam di dalam dan luar negeri, namun Gia memastikan bahwa ia tetap mengutaman skill-nya sebagai disc jockey professional.
“Tentu yang utama adalah skill. Tanpa itu (skill), nothing. Makanya sekarang saya kecewa banyak female DJ yang ikut-ikutan tampil nude, tapi minimskill. Apalagi mereka mau dibayar murah hanya untuk jual nama saja. Ada yang hanya mau dibayar Rp 500 ribu saja asal dia bisa tampil. Yang seperti itu bisa merusak profesi para disc jockey lain,” kata Gia yang juga anggota Persatuan Disc Jockey Indonesia (PDJI)
Model nude
Menjadi disc jockey hanya salah satu bagian skenario hidup Gia. Sebelumnya, ia tidak pernah berpikir terjun ke dunia itu.
Awalnya, ia hanya gadis muda yang mencoba peruntungan di dunia entertainment.
Mengawali karier sebagai pemain film televisi (FTV) di sebuah stasiun televisi swasta pada usia relatif muda, ia kemudian mulai beralih ke dunia modeling. Tak tanggung-tanggung, saat usianya masih 16 tahun, ia menerima tawaran menjadi model nude.
“Ada seorang fotografer ingin menjadikanku modelnya dalam ajang kompetisi foto di eropa. Dia bilang konsepnya nude. Aku sempat pikir-pikir. Tapi setelah dia memperlihatkan konsepnya, akhirnya aku ambil tawaran itu,” jelasnya.
Pengalaman pertama Gia menjadi model professional terbilang manis. Tak lama setelah sesi pemotretan, ia mendapat kabar dari sang fotografer bahwa karyanya menjadi juara pertama kompetisi itu. Kemenangan itu bahkan berlanjut di tiga tiga kompetisi berikutnya.
“Kompetisi itu temanya nude art, empat kali berturut-turut menang di eropa. Dan kenapa saya tertarik, karena dalam foto itu tidak menampilkan wajah saya secara jelas. Karena fotografer hanya mengambil beberapa detil tubuh saya dalam penciptaannude art itu sendiri,” kata Gia.
Sejak itu, Gia mulai mendapat tawaran untuk berpose seksi maupun tanpa busana, baik dari kalangan personal maupun pemotretan untuk majalah dewasa. Di saat bersamaan, ia mencoba memadukan dengan profesinya sebagai disc jockey. Hingga kemudian ia tenar sebagai disc jockey nude.
“Tapi semenjak aku menikah dua tahun lalu, tawaran menjadi disc jockey dan model nude aku tolak. Sekarang paling mentok seksi casual saja,” ujarnya. (Feriyanto Hadi)