Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Ungkap Prostitusi Sebatang Korek Api, Prenjak Melaju di Festival Film Cannes 2016

Scene awal dalam film ini menggambarkan apa yang dulu kerap terjadi di alun-alun Yogyakarta di era 1980-1990 an.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ungkap Prostitusi Sebatang Korek Api, Prenjak Melaju di Festival Film Cannes 2016
Tribun Bali/Cisilia Agustina
Wregas Bhanuteja saat pemutaran 5 filmnya, termasuk film Prenjak yang memenangkan Festival Film Cannes 2016, Perancis, pada film program di Ubud Writers And Readers Festival, Gianyar, Minggu (30/10/2016). 

“Prenjak ini jenis burung yang hanya mau berkicau ketika ada pasangannya. Kalau sendiri dia diam. Seperti Diah yang ditinggalkan pasangannya, dia harus bekerja keras dan ekstra. Kalau pasangannya tidak meninggalkannya, mungkian Diah tidak perlu menderita seperti itu, bisa berkicau bersama,” tutur Wregas.

Ini juga salah satu yang mengantarkan Wregas menjadi pemenang Festival Film Cannes 2016 dengan kategori film pendek di Festival Film Cannes 2016, di Perancis.

Adegan demi adegan dibuat nyata. Baik itu scene yang menunjukkan alat kelamin sekalipun, walau bukan milik pemeran di film tersebut.

Wregas bekerja sama dengan model untuk mendapat gambar tersebut.

Karena menurutnya film adalah refleksi kehidupan nyata, bukan imitasi, itu yang ingin ia sampaikan kepada penontonnya.

Bukan berarti tidak ada kekhawatiran akan dianggap vulgar atau porno, karena memang film ini bukan ditujukan untuk itu.

Namun lebih sensitif pada keterkaitan antara feminisme, budaya dan situasi ekonomi yang dialami perempuan.

Berita Rekomendasi

“Kalau yang saya kahawatirkan justru bukan pemerintah. Tapi ketika film ini semakin kuat diberitakan, justru malah ormas-ormas yang ribut. Mengira film ini porno karena memperlihatkan alat kelamin,” ujarnya.

Ia mengakui film ini bukan yang bisa dinikmati penonton Indonesia dengan budaya ketimurannya yang kental, justru cenderung Eropa sebagai pasar filmnya.

Sehingga ia tidak memaksakan filmnya harus ditonton di sini.

“Saya tidak memaksakan orang untuk menonton film saya. Ini memang lebih cocok untuk pasar Eropa dibanding Indonesia. Suka atau tidak itu tergantung selera yang menonton,” tutur Wregas.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas