Nagaswara Laporkan 5 Perusahaan Pembajakan Kaset ke Bareskrim Polri
Kasus pembajakan masih menjadi luka bagi para label musik dengan kerugian angka yang besar
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembajakan masih menjadi luka bagi para label musik dengan kerugian angka yang besar. Salah satu label mayoritas penyanyi dangdut Nagaswara melaporkan lima nama perusahaan pembajak ke Bareskrim Mabes Polri dengan Nomor LP/455/V/2017/BARESKRIM.
Sebelum diterima oleh pihak Bareskrim para artis yang lagunya dibajak menggelar spanduk dengan tulisan "Berantas Produk Bajakan Sampai Tuntas" di depan pintu loby Bareskrim. Seperti Uci Sucita (Duren Sawit), Hesty Klepek-Klepek (Curi Curi Curhat dan Telolet Klepek Klepek), Delon feat Siti Badriah (Cinta Tak Harus Memiliki), Susi Legit (Buronan Mertua dan Cinta Ganjil Genap) dan CEO Nagaswana.
"Kami melaporkan tindak pidana Hak Cipta 113 ayat (3 dan 4) atau 117 UU No. 29 tahun 2014. Terlapornya ada lima pabrik terbesar di dunia," jelas Rahayu Kertawiguna, CEO Nagaswara kepada awak media di lobby Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (2/5/2017) dan lalu menyebutkan ke lima perusahaan tersebut.
"Kelima perusahaan pembajak tersebut yaitu PT. VISINDO SP, PT. RAJAWALI, PT. Cipta Prima Dharma, PT. Sinar Mulia Sejati dan Cakra Perkasa Selaras, " terang Rahayu yang didampingi para artis dengan nada geram dan meski sudah menjadi kelas dunia, tempat mereka berpusat ada di Jawa Barat.
Pihak Nagaswara sendiri mengalami kerugian hingga Rp 2 miliar. Pihak pembajak diketahui bisa memproduksi mulai 100 ribu-300 ribu keping sehari, sementara label hanya 100 ribu keping saja dalam sebulan.
"Kalau saya pribadi (Nagaswara) dirugikan sekitar kurang lebih Rp 2 miliar. Keterlaluan ini kalau kita enggak laporkan," tegas Rahayu dengan nada lebih geram.
"Sedangkan kami perbandingannya terlalu jauh ya. Tapi ini khusus Glodok penampungan. Belum termasuk yang di luar Jakarta," tambahnya.
Label telah lima tahun mengulik pusat penjualan CD/DVD bajakan terbesar di Jakarta yaitu daerah Glodog, Jakarta Barat untuk mengumpulkan data. Mereka bahkan telah menyampaikan teguran lewat pesan singkat kepada masing-masing perusahaan pembajak tapi tak mendapat balasan.
Hal ini tentunya mendapat dukungan dari para penggiat seni di bangku DPR RI di Komisi X Pendidikan, Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif.
"Tentunya dari Mas Anang (Hermansyah) dan Tantowi (Yahya) mereka juga mendukung. Dan sebelum saya bergerak dan ngobrol sama PAPPRI dan ASIRI enggak cuma Nagaswara. Mereka berharap semua bisa ditindak dengan baik," tutup Rahayu.