Syuting Film WR Soepratman di Kota Lama Semarang Mengajak Para Pedagang Ikut Bermain
Desain bangunan kuno menjadikan Kota Lama sering dijadikan tempat bagi pembuatan film dengan mengambil setting percintaan, perjuangan dan akulturasi
Editor: Sugiyarto
Rupiati mengaku mendapat honor Rp 85 ribu per hari.
"Tapi katanya ada tambahan kalau sampai lembur. Lumayan daripada ngga dapat penghasilan," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang yang juga Wakil Walikota Semarang, Hevearita G Rahayu menyambut baik adanya syuting film WR Soepratman di kawasan Kota Lama.
Pihak produser sudah meminta ijin untuk mengambil film di beberapa lokasi di antaranya Jalan Kepodang, Taman Garuda, dan Oudetrap.
"Mereka mengambil situasi tahun 1920an," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
BPK2L, kata Ita, telah memberikan batasan-batasan aturan selama syuting di kawasan Kota Lama.
"Karena bangunan lama maka kami punya standar aturan. Misalnya bangunan tidak boleh dipaku-paku, tidak boleh dirusak, dan jangan dikotori. Jangan sampai mengubah original bangunan," ujarnya.
Ita berharap film WR Soepratman bisa menjadi ajang promosi Kota Lama ketika film tersebut sudah tayang.
"Saya berharap lokasi syuting menjadi beken dan banyak dikunjungi wisatawan. Kalau memang jadi beken bisa saja suasana syuting nantinya dipertahankan," ujarnya.(*)