Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Syuting Film WR Soepratman di Kota Lama Semarang Mengajak Para Pedagang Ikut Bermain

Desain bangunan kuno menjadikan Kota Lama sering dijadikan tempat bagi pembuatan film dengan mengambil setting percintaan, perjuangan dan akulturasi

Editor: Sugiyarto
zoom-in Syuting Film WR Soepratman di Kota Lama Semarang Mengajak Para Pedagang Ikut Bermain
/Tribun Jateng/Hermawan Handaka
GEDUNG MARABUNTA - Seorang melintas di depan gedung Marabunta Kota lama Semarang. Gedung Marabunta ini mempunyai sesuatu yang unik yaitu dua patung semut yang sangat besar yang berada di atas gedung tersebut. Gedung Marabunta termasuk gedung peninggalan dari zaman penjajahan Belanda dan diresmikan pada tanggal 29-08-1956 oleh Panglima Teretorium-IV Diponegoro Kolonel Soeharto dan akhirnya gedung tersebut di renovasi selesai di replika tanggal 31 Mei 2006 oleh Letnan Jenderal TNI Purnawirawan H.M Ismail 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Permadi

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG- Puluhan bangunan arsitektur Belanda berdiri di kawasan Kota Lama.

Desain bangunan kuno menjadikan Kota Lama sering dijadikan tempat bagi pembuatan film dengan mengambil setting percintaan, perjuangan dan akulturasi budaya.

Beberapa film yang mengambil latar Kota film nasional di antaranya Soe Hok Gie, Ayat-Ayat Cinta, Tanda Tanya, Soekarno, dan Sang Kyai.

Kali ini film biografi WR Soepratman juga mengambil lokasi syuting di kawasan yang juga dikenal dengan sebutan Little Netherland tersebut.

Jumat (21/7/2017) siang, proses syuting film WR Soepratman dimulai.

Warga Kebonharjo, Rupiati tak menyangka bisa terlibat dalam film tersebut.

Berita Rekomendasi

Ia mengaku senang meski hanya berperan sebagai figuran.

"Saya sama tetangga, Sriyatun awalnya mau kerja 'petik' cabai di Pasar Johar tapi ternyata sudah tidak ada. Lalu pas jalan di sekitar Kota Lama saya dikasih tahu sopir angkot kalau mau dapat bayaran ikut syuting," ujarnya.

Awalnya Rupiati tidak percaya karena setahu dia yang ikut syuting usia muda dan berparas cantik.

"Saya kan sudah tua. Tapi katanya yang dibutuhkan yang tua-tua. Lalu saya datang ke lokasi syuting," ujarnya.

Rupiati dan Sriyatun lalu mendaftar.

Namun sempat ditolak karena sudah cukup peran figuran.

"Tapi tiba-tiba dipanggil buat ikut syuting. Saya akting jadi pembeli di pasar, sedangkan Sriyatun jadi penjual makanan. Awalnya sempat grogi tapi jadi terbiasa," ujarnya sembari tersenyum.

Rupiati mengaku mendapat honor Rp 85 ribu per hari.

"Tapi katanya ada tambahan kalau sampai lembur. Lumayan daripada ngga dapat penghasilan," ujarnya.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang yang juga Wakil Walikota Semarang, Hevearita G Rahayu menyambut baik adanya syuting film WR Soepratman di kawasan Kota Lama.

Pihak produser sudah meminta ijin untuk mengambil film di beberapa lokasi di antaranya Jalan Kepodang, Taman Garuda, dan Oudetrap.

"Mereka mengambil situasi tahun 1920an," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.

BPK2L, kata Ita, telah memberikan batasan-batasan aturan selama syuting di kawasan Kota Lama.

"Karena bangunan lama maka kami punya standar aturan. Misalnya bangunan tidak boleh dipaku-paku, tidak boleh dirusak, dan jangan dikotori. Jangan sampai mengubah original bangunan," ujarnya.

Ita berharap film WR Soepratman bisa menjadi ajang promosi Kota Lama ketika film tersebut sudah tayang.

"Saya berharap lokasi syuting menjadi beken dan banyak dikunjungi wisatawan. Kalau memang jadi beken bisa saja suasana syuting nantinya dipertahankan," ujarnya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas