Slamet Raharjo: Kejujuran dalam Tanda Kutip
Aktor dan sutradara film senior Slamet Raharja mengungkapkan bahwa dalam membuat film sejarah haruslah jujur.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Aktor dan sutradara film senior Slamet Raharjo mengungkapkan bahwa dalam membuat film sejarah haruslah jujur.
Karena menurut aktor dan sutradara kelahiran Serang, 21 Jamuari 1949 itu sejarah merupakan fakta dan film sejarah harus dibuat berdasarkan fakta.
Namun dalam menyuguhkan fakta lewat film yang dimaksud Slamet, bukan berarti harus menunjukan fakta sebagaimana adanya.
Fakta yang ditampilkan dalam film sejarah pasti akan berpihak pada pembuatnya.
Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Slamet usai menjadi salah satu narasumber dalam diskusi Setelah Teguh Karya di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta Pusat pada Jumat (23/9/2017).
"Ya tapi kan kejujuran itu dalam tanda kutip. Ya kalo misalnya saya orang yang percaya bahwa agama itu baik. Kan nggak mungkin saya bikin film bahwa agama itu nggak baik," ungkap Slamet.
Slamet mencontohkan film karya kakaknya, Eros Djarot yang berjudul Cut Nyak Dien.
Fakta hidup Cut Nyak Dien menurut sutradara peraih penghargaan Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia tahun 1985 untuk film Kembang Kertas dan tahun 1987 untuk film Kodrat, Cut Nyak Dien menjadi gila di akhir hidupnya.
Namun karena Eros mencintai pahlawan perempuan Indonesia dari Nagroe Aceh Darussalam itu, Eros sengaja membuat akhir hidup Cut Nyak Dien dalam filmnya menjadi kehilangan daya karena terpisah dari tanah kelahirannya.