Bukannya Untung Jual Kamera Rp 229 Juta, Dhea Imut Malah Buntung
Kejadian bermula saat kamera tipe Canon C500 serharga Rp 229 juta milik Dhea, dikirim via jasa pengiriman.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
TRIBUNNEWS.com - Dhea Annisa atau yang dikenal dengan Dhea Imut tertimpa musibah. Kameranya yang ingin dijual kepada rekan omnya, justru diambil oleh orang tak dikenal.
Kejadian bermula saat kamera tipe Canon C500 serharga Rp 229 juta milik Dhea, hendak dikirim ke Malang, Jawa Timur melalui jasa pengiriman barang DHL di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Sedangkan, barang tersebut ditujukan kepada pembeli bernama Toto atau Suhadi.
Namun, setelah dua hari pengiriman, barang yang hendak diambil oleh sang pembeli ke jasa pengiriman DHL Malang, justru sudah tidak ada.
Henry Indraguna, kuasa hukum Dhea menggelar jumpa pers terkait masalah itu. Ia didampingi ibunda Dhea, Masayu Chairani dan om Dhea, Diad Ote.
"Hari ini soal Dhea Imut punya kamera buat syuting film harganya 229 juta. Kebetulan Dea punya perusahaan In House menyewakan peralatan gitu yang sama ibunya dan omnya," jelas Henry.
"Singkat cerita Dhea mau menjual barang ini di Kota Malang pembelinya. Setelah itu kita kirimkan barang ini ke Malang. Mama Dhea dan omnya Dhea memilih ekspedisi yang internasional, DHL. Karena kita melihat sudah punya nama besar, jadi enggak mau beresiko," tambah Henry.
Pihak Dhea sendiri meminta barang tersebut dikirimkan ke alamat rumah yang sudah tertera jelas di data pengirim, namun sayangnya barang tersebut tidak sampai.
Dari situ Ibunda Dhea, meminta pertanggung jawaban dan mengontak DHL Center. Namun, ia justru mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.
"Diminta untuk cash close. Barang 200 juta lebih cash close. Keluarga Dhea enggak terima, makanya keluarga Dhea minta upaya hukum," ujar Henry.
Setelah ditelusuri, pihak DHL mengatakan barang Dhea tersebut ternyata sudah ada yang mengambil dengan KTP palsu.
"Kagetlah karena permintaan dikirim ke rumah. KTP yang ambil tersebut namanya Toto Suhadi, barang dikirim ke rumah penerima Toto atau Suhadi. Yang anehnya pengakuan DHL, kamera diambil atas nama Toto Suhadi," ujar Henry.
Henry menduga kasus tersebut terdapat modus, karena KTP yang mengambil itu palsu.
Pihak Dhea menyayangkan seharusnya ada konfirmasi terlebih dahulu dari pihak DHL kepada keluarganya.
"Itu diberikan aja sama DHL. Harusnya konfirmasi dulu. Enggak ada konfirmasi, atau telepon ke nomor Toto yang sebetulnya. Kan sudah jelas ditujukan ke siapa. Ada no teleponnya, harusnya konfirmasi dulu," tutup Henry. (*)