Perjuangan Bondan Winarno Melawan Penyakitnya
Kepergian Bondan Winarno yang sangat mendadak mengejutkan seluruh pihak, khususnya pihak keluarga.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Hampir satu dekade berselang ketika melakukan medical check up di HSC Medical Center, Kuala Lumpur, tepatnya bulan April 2015, ditemukan dilatasi atau penggembungan tahap awal pada aorta jantungnya.
Penyakit tersebut dikenal dengan istilah medis, aorta aneurysm. Menurut Dr Soo, dirinya harus memeriksakan diri setiap tahun, sehingga apabila membesar perlu tindakan operasi.
"Katanya: saya spt membawa bom waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya. Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta," tulisnya.
Setahun berselang, tepatnya April 2016, janji operasi dipenuhi. tetapi, Dr Soo yang hendak menangani operasi jantungnya justru mengalami sakit dan menjalani operasi.
Sementara, dokter pengganti yang ditemuinya menurutnya tidak memuaskannya, khususnya soal Aneurisma atau dilatasi pada dinding aorta jantungnya.
Setahun berlalu hingga April 2017, dirinya kembali hendak berkonsultasi dengan Dr Soo. tetapi seperti mengulang kejadian setahun lalu, Dr Soo kembali mendadak sakit.
"Saya lgsg jalan2 ke tempat adik saya di Penang. Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kpd orang yg bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm. Saya segera berkomunikasi dgn Dr. Sindhi yg lgsg saja membanjiri saya dgn berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi," tulisnya.
Tanpa membawa hasil, dirinya kemudian kembali pulang ke Jakarta. Tepat pada bulan Juli 2017, dirinya kemudian berkonsultasi seharian bersama Dr Sindhi di Tangerang, Banten. tanpa sadar, dirinya kemudian diajak Dr Sindhi ke Rumah Sakit Siloam Karawaci untuk bertemu dengan Dr Iwan Dakota, ahli vaskuler. Tidak hanya akan diperiksa langsung oleh adik Kapolri Tito Karnavian, dirinya terkejut dengan penyambutan Dirut Rumah Sakit Siloam Karawaci yang diketahui merupakan sahabat Dr Sindhi.
Dalam pemeriksaan sederhana dengan menggunakan stetoskop oleh Dr Iwan serta lampiran hasil medical record terakhir di Rumah Sakit HSC Medical Center Kuala Lumpur, Dr Iwan menemukan katup aorta jantungnya bocor. Karena itu, dirinya kemudian diminta untuk segera Rumah Sakit Nasional (PJN) Harapan Kita untuk menjalani pemeriksaan echo.
"Dalam pemeriksaan echo di Harkit (Rumah Sakit Nasional Harapan Kita), 65% confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) utk mendapatkan 90% konfirmasi. Demikianlah, dlm waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yg perlu segera ditangani," tulisnya.
Pembedahan segera dilakukan, Dr Iwan menyerahkan nasibnya kepada tim bedahnya, Dr Dicky Alighiery Hartono, seorang ahli bedah vaskular lulusan Korea Selatan.
Pembedahan paling berat, rumit, dan sulit itu diungkapkannya berlangsung lima hingga enam jam. 'Mumpung Pak Bondan sdg fit, kita lakukan segera, ya?' imbuhnya menirukan ajakan Dr Dicky Alighiery Hartono utnuk melakukan pembedahan.
Operasi pertama sukses dilakukan, tepat pada tanggal 27 september 2017, dirinya kembali menjalani dua operasi sekaligus, yakni penggantian katup aorta dan penggantian aorta yang nengalami dilatasi. Operasi tersebut disebutkannya berlangsung selama lima jam dan dinyatakan berhasil.
"Saya siuman di ICU sore hari dan dirawat selama 24 jam di ICU. Dari ICU saya dipindah ke Intermediary Ward.
Normalnya, bila operasi berhasil, 24 jam sesudah di Intermediary Ward, maka akan dipindahkan ke kamar perawatan biasa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.