Soal Insiden Vaping di Pesawat, Dimasz Jeremia: Jadilah Smart Vaper
Dimasz menilai apa yang dialami oleh sang aktor menurutnya bisa jadi pelajaran untuk para pengguna lain rokok elektrik
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Pembina Asosiasi Vaper Indonesia (AVI) yang juga anggota Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR), Dimasz Jeremia ikut memberikan tanggapan atas insiden terpergoknya seorang selebrita yang menghisap rokok elektrik di kamar kecil pesawat pada 9 Mei 2018 lalu.
Baca: Kepergok Pakai Vape di Toilet Pesawat, Fandy Chistian Digiring Petugas Keamanan Bandara
Insiden itu menjadi viral. Sang aktor sendiri sudah meminta maaf karena telah mengisap rokok elektrik atau vape di toilet pesawat.
Baca: Aktor Fandy Christian Minta Maaf karena Isap Vape di dalam Pesawat
Dimasz menilai apa yang dialami oleh sang aktor menurutnya bisa jadi pelajaran untuk para pengguna lain rokok elektrik agar lebih bijak dalam penggunaannya.
"Jadi smart vaper (pengguna rokok elektrik yang cerdas) lah, toh kita menggunakan rokok elektrik bukan buat ganggu orang lain, justru karena kita peduli dengan orang-orang di sekitar kita karena sifatnya yang lebih rendah risiko,” ucap Dimasz katanya dalam keterangan yang diterima, Senin (21/5/2018).
”Saya pribadi menggunakan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik karena saya tahu bahwa ini lebih rendah risiko daripada rokok konvensional dan karena saya tidak ingin keluarga dan orang-orang terdekat saya terpapar asap rokok yang berbahaya. Yang dihasilkan oleh rokok elektrik itu uap bukan asap,” tambah Dimasz.
Namun, tak dapat dipungkiri menurut Dimasz, masyarakat masih menilai produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dengan penilaian yang cenderung negatif.
Bahkan, masih banyak yang menganggap kalau produk tembakau alternatif sama berbahaya atau bahkan lebih berbahaya dibandingkan dengan rokok konvensional.
Padahal, studi terbaru dari Institut Federal Jerman untuk Penilaian Risiko (German Federal Institute for Risk Assessment/BfR) menunjukkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat mengurangi konstituen berbahaya dan berpotensi berbahaya secara signifikan hingga 80 – 99 persen dibandingkan rokok konvensional.
Dengan kata lain, produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar memiliki potensi substansial untuk mengurangi risiko kesehatan dibandingkan rokok konvensional.
“Dengan adanya insiden ini kita cukup tersadarkan setidaknya satu hal, bahwa kembali lagi ke niat awal menggunakan rokok elektrik itu untuk apa? Kalau niatnya untuk mengurangi risiko kesehatan, artinya kejadian ini bisa jadi pelajaran untuk lebih bijak lagi dalam penggunaannya. Ikuti peraturan yang ada dan jangan sampai malah jadi mengganggu orang lain,” tegas Dimasz.
Lebih lanjut Dimasz mengungkapkan bahwa sebagai pengguna rokok elektrik, ia mengapresiasi permintaan maaf yang dilontarkan oleh bintang tersebut.
Menurutnya, kesalahan yang dilakukan ini juga bisa saja dialami oleh pengguna yang lain.
“Dia sudah mengaku salah, dan kita juga sudah maafkan. Tinggal ke depan, dia dan kita juga jadi belajar untuk lebih bijak lagi dalam penggunaannya. Jadi pengguna rokok elektrik yang cerdas, jangan sampai kita malah mencontohkan hal yang kurang baik kepada masyarakat,” ucap Dimasz.
Dimasz juga mengatakan bahwa, para pengguna produk tembakau alternatif harus mengetahui mengenai bagaimana cara dan waktu yang tepat dalam penggunaannya.
“Ini merupakan salah satu poin yang kita coba edukasikan melalui KABAR Roadshow yang sudah kita mulai di akhir April lalu di Jakarta. Ke depan, KABAR juga akan terus memberikan edukasi di berbagai kota, seperti Bandung, Denpasar, Yogyakarta, dan Palembang agar lebih banyak lagi yang tahu mengenai apa dan bagaimana produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar,” tutup Dimasz. (*)