Jakarta City Philharmonic, Menembus Ruang dan Waktu
Musik orkestra memang masih sedikit asing di telinga masyarakat Indonesia. Namun, bukan berarti pertunjukan musik orkestra di Indonesia, khususnya Jak
Editor: Content Writer
Musik orkestra memang masih sedikit asing di telinga masyarakat Indonesia. Namun, bukan berarti pertunjukan musik orkestra di Indonesia, khususnya Jakarta sudah tidak dapat ditemui lagi. Kelompok simponi orkestra, Jakarta City Philharmonic yang merupakan gagasan dari Dewan Kesenian Jakarta dan Badan Ekonomi Kreatif RI (BEKRAF) masih rutin menyelenggarakan pertunjukan untuk para penikmat musik orkestra di Jakarta.
Pada tanggal 18 Agustus 2018, bertempat di gedung pertunjukan Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta City Philharmonic kembali menggelar pertunjukan rutin mereka. Pertunjukan Edisi ke-15 ini mengusung tema R uang dan Waktu bertepatan dengan momentum Asian Games.
Acara dimulai pukul 19.30 WIB, dimulai dengan sesi perkenalan konser dan menyanyikan Indonesia Raya. Setelah itu, konser dibuka oleh sembilan instrumen tiup membawakan karya komposer Charles Gounod: Petite Symphonie for Nine Wind Instrument. Alunan nada yang ceria dan sarat akan kebebasan masa muda sangat terasa pada karya Gounod ini. Kemudian, pengaba JCP, Budi Utomo Prabowo pun memasuki panggung, siap mengaba para musisi JCP.
Karya berikutnya yang dibawakan oleh para musisi JCP adalah merupakan karya Bohuslav Martinů: Double Concerto for Two String Orchestras, Piano, and Timpani. Dalam karya ini, Martinů ingin menyampaikan ketegangan dan kegelisahan dirinya pada saat banyak peristiwa politik terjadi di negaranya pada saat zaman dulu. Penonton pun ikut merasa tertekan dan sedikit gelisah saat karya ini dimainkan oleh para musisi JCP.
Setelah istirahat selama 15 menit, pertunjukan di lanjutkan dengan membawakan karya Jean Franҫaix: L’Horloge de flore (Jam Flora). Karya ini ditujukan untuk obo dan orkestra, yang mempresentasikan berbagai jenis flora pada Jam Bunga yang ditemukan oleh salah satu botanis Swedia. Permainan obo pada karya ini sangat indah dan merdu dimainkan oleh Bagaskoro Byar Sumirat, salah satu pemain obo yang telah diaba oleh konduktor dunia dan merupakan pemain obo di berbagai orkestra profesional.
Sebagai penutup acara, Misael Elahrens Tambuwun seorang pianis, komposer, dan musik terapis membawakan karyanya yaitu INSIDIOUS; Sequel for Orchestra and Tape Electronics. Pada karyanya ini, Misael menceritakan seorang anak yang tidak bisa tidur di malam hari. Pada saat karya ini dibawakan, penonton di buat merinding karena terselip sedikit notasi lagu “Lingsir Wengi”.
Sebelum acara berakhir, ternyata terdapat kejutan yang disiapkan oleh teman-teman JCP. Tiba-tiba berdiri kurang lebih 100 orang penyanyi dari berbagai paduan suara yang tersebar di bangku penonton dan menyanyikan lagu Bagimu Negeri yang telah diaransemen ulang oleh Jakarta City Philharmonic spesial untuk menyambut Asian Games 2018. Gubahan yang begitu syahdu, membuat Teater Jakarta dipenuhi dengan atmosfer nasionalime yang sangat tinggi dan cinta tanah air. (*)