Trauma Bikin Kondisi Kesehatannya Drop, Ifan Seventeen Kata Saudara Kembarnya Butuh Teman
Suasana duka masih menyelimuti Ifan Seventeen. Ia kehilangan sahabatnya juga istri tercintanya karena terkena bencana tsunami.
Editor: Willem Jonata
"Saya pikir efeknya ke psikis sendiri jadi reaksi di badannya itu traumanya bermacam-macam," cerita Idan.
Dan hingga saat ini Idan mendapatkan kabar, lantaran Ifan Seventeen terus memikirkan kejadian tersebut, kondisi tubuh Ifan jadi menurun.
"Terakhir dia telepon lagi demam karena ternyata pikiran ngaruh ke badan. Sedih ya sedih, tapi badannya enggak tahan kalau untuk trauma," ucapnya.
Baca: Raffi Ahmad Tanya Harga Mobil Mewah Koenigsegg dan Buggati, Rudy Salim: Lo Jangan Belagak Bingung
Baca: Nelayan ini Lihat Dinding Anak Krakatau Terbelah, Tiga Ombak Muncul Lalu Begini Caranya Selamat
Kendati begitu menurut Idan saat ini berusaha keras untuk menghilangkan trauma healing-nya sang kakak dengan tidak meninggalkan Ifan sendiri dan harus mengajak Ifan berinteraksi.
"Paling dia enggak boleh sendiri karena dia enggak kuat untuk sendiri, dia harus ada yang nemenin harus ada yang ajak ngobrol, harus ada yang ajak ketawa," tukasnya.
Ternyata, menurut berbagai penelitian, trauma memang memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, terlebih trauma mendalam.
Dilansir dari Psych Central, mengalami trauma dapat memiliki efek dramatis pada tubuh dan pikiran seseorang.
Meskipun sudah banyak waktu yang dilalui semenjak merasa trauma, tetapi tetap saja ketika pikiran seseorang dibawa pada kenangan tersebut, maka akan memengaruhi kesehatan seseorang.
Saat mengalami trauma itulah tubuh merasakan adanya ancaman. Kemudian tubuh mengaktifkan respons stres.
Respons stres itu akan terjadi di tubuh dan otak, sehingga kesehatan di dua tempat tersebut bisa saja terancam.
Respons tubuh terhadap stres akut merupakan persiapan untuk keadaan darurat.
Di tempat tersebut, adrenalin dan hormon lain bisa dilepaskan. Kemudian tubuh akan mematikan proses yang kaitannya dengan perawatan jangka panjang.
Ketika tubuh merasa adanya ancaman, secara langsung organ pencernaan, organ reproduksi, perbaikan sel, dan tugas tubuh lainnya mengurangi kinerjanya.
Setelah itu, ketika adanya peningkatan gula darah yang memberi energi ekstra untuk otot menyebabkan nyeri pada kortisol, akan meningkatkan peradangan.