Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Impian Pandji Pragiwaksono jadi Juru Bicara Presiden

Bagi komika 39 tahun tersebut, menjadi juru bicara memberikan dirinya banyak ilmu tentang dunia politik

Penulis: Bayu Indra Permana
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Impian Pandji Pragiwaksono jadi Juru Bicara Presiden
Kompas TV
Presenter Pandji Pragiwaksono 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komika Pandji Pragiwaksono pernah menjabat sebagai juru kampanye, atau dirinya menyebut sebagai juru bicara pasanga cagub DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaha Uno tahun 2016.

Selama masa kampanye, komika yang pernah melakulan tur keliling dunia itu membantu mempromosikan program-program dari Anies Baswedan dan Sandiaga. Pandji bercerita, bagaiamana awal dirinya diminta menjadi juru bicara. Hingga selesai menjabat. 

Bagi komika 39 tahun tersebut, menjadi juru bicara memberikan dirinya banyak ilmu tentang dunia politik.Berikut petikan wawancara Tribunnews.com, bersama Panjdi Pragiwaksono.

Cerita dong awal diminta jadi Jubir Anies-Sandi?
Waktu itu tuh gua lagi di tengah tour, gua inget malah kotanya di mana, lagi di New York, lagi di Wallstreet, di depan patung Banteng yang ada di Wallstreet. Pas itu tour gua Juru Bicara, tiba-tiba ditelfon sama Mas Anies Baswedan, roaming lagi tuh.

Terus dia bilang, 'saya mau ngasih kabar, saya diajukan jadi salah satu Cagub' terus gua jawab 'wah keren banget' dia nanya 'mau bantu nggak?' Gua bilang mau.

Terus kita berunding tuh panjang banget sampai dua jam telfon-telfonan. Saksinya banyak sambil makan sambil telfonan nggak berehenti.

Pulang dari tour gua samperin rumah Mas Anies, gua ajak bicara, dia nawarin gua jabatan juru bicaranya. Mempromosikan programnya, atau perpanjangan tangan Mas Anies untuk nyampein program-program dan kebijakan-kebijakannya.

Berita Rekomendasi

Kami punya aturan, nggak boleh ngomongin apa aja selain program di sosmed. Jadi kita hanya didisiplinkan kalau mau ngetweet atau posting IG pastikan ujung-ujungnya program. Kalau nggak mending gausah. Jadi, dulu disiplin banget, gua nggak boleh nanggepin tweet kalau itu nggak bisa gua bawa ke program.

Itu yang diajarin ke gua, mengingat saat pilpres sekarang, buzzer-buzzernya sedikit banget yang ngomongin program. Padahal Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi udang banyak ngomongin program.

Ada kedekatan personal atau sama visi dengan Pak Anies saat itu?
Satu sisi gua emang mau bantu Mas Anies, udah dari lama gua percaya ini orang kalau mau maju ke politik perlu gua bantu. Selain itu karena gua seneng dua hal, satu politik, dua pemasaran. Dan kampanye politik ini paduan dari keduanya. Gua cukup yakin gua dapet ilmu dari sini (juru bicara) dengan resiko yang ada.

Kalau di hina-hina mah, gausah ikut kampanye emang udah dihina-hina juga kan. Jadi resikonya sama aja. Dan bener pas gua masuk, gua dapet wawasan gede banget soal marketing politik gitu. Dan bisa buat materi stand up.

Saat memutuskan menerima, respon orang terdekat gimana?
Kebanyakan kecewa. Mereka nanya 'kenapa? Apakah dibayar? Dibayar berapa? Terus kenapa berubah?' Karena kan asumsinya gua yang dukung Jokowi saat Pilkada, harusnya gua dukung pak BTP.

Tapi sampai dengan hari ini gua ngerasa kalau lu milih bukan berdasarkan like or dislike, tapi berdasarkan narasi pas Pilkada 2016 harusnya lu milih Anies. Karena apa yang dikampanyekan pak Anies di 2016 itu, narasinya Anies, kampanye Anies, itu sama persis sama apa yang dikampanyekan Pak Jokowi tahun 2012.

Pertama kali ngomong bukan gusur tapi geser, itu kan Jokowi. Anies ngomongin hal sama diketawain. Anies pernah diketawain karena mau regulasi becak, itu kontrak politiknya lanjutin Jokowi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas