Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Dulu Filmnya Kontroversi, Muhammad Khan Kaget Kucumbu Tubuh Indahku ke Asian Pasific Film Festival

Pemeran film Kucumbu Tubuh Indahku, Muhammad Khan kaget mendengar film yang dibintanginya akan ikut ajang Asian Pasific Film Festival (APFF) 2020 di M

Penulis: Bayu Indra Permana
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Dulu Filmnya Kontroversi, Muhammad Khan Kaget Kucumbu Tubuh Indahku ke Asian Pasific Film Festival
KOMPAS.COM/ANDIKA ADITIA
Muhammad Khan beberapa saat setelah memenangi Piala Citra dalam FFI 2019 untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Melalui akun Twitter pribadinya, Shah Rukh Khan terlihat mengomentari video saat aktor pemeran Juno dalam film Kucumbu Tubuh Indahku ini 

Seperti film Akulah Vivian dan Istana Kecantikan di tahun 80-an, disusul karya-karya baru yang muncul kemudian, banyak yang mengulas LGBT.

"Sehingga dalam perspektif sejarah pun mengagetkan reaksi publik sekarang jauh lebih merosot dibanding apa yang disebut kematangan penonton sebelumnya.

Ben Murtagh, dosen di School of Oriental and African Studies, Inggris dalam bukunya "Gender and Sexualities in Indonesian Cinema: Constructing gay, lesbi and waria identities on screen" bahkan mencatat gay, lesbian dan waria sudah meramaikan layar lebar Indonesia sejak tahun 70-an.

Kehadiran mereka dalam dunia film, tak banyak menuai protes seperti sekarang.

Istana Kecantikan yang ditayangkan tahun 1988 dianggap sebagai salah satu film yang paling sering dirujuk ketika membahas soal penggambaran gay di sinema Indonesia.

Film yang dibintangi aktor Mathias Muchus ini juga menjadi film Indonesia pertama yang menyebut kata "gay" dalam dialognya.

Bukan untuk ditonton anak-anak dan remaja
Ketua LSF Ahmad Yani Basuki mengungkapkan kegaduhan muncul setelah beredarnya trailer film Kucumbu Tubuh Indahku yang belum disensor oleh LSF. Trailer itu diedarkan melalui platform YouTube dan bisa ditonton secara bebas oleh khalayak umum tanpa batasan usia.

Berita Rekomendasi

Padahal, LSF kemudian meloloskan film ini untuk ditonton oleh dewasa dan tidak layak ditonton oleh anak-anak dan remaja.

"Untuk anak-anak dan remaja, film ini memang tidak layak. Tetapi kalau untuk dewasa, LSF memandang ini ada nilai edukasinya. Ada muatan edukasi yang patut ditonton oleh orang-orang dewasa," jelas Yani.

Menurutnya, "wajar kalau itu menimbulkan [kegaduhan] bahwa film ini tidak cocok untuk anak-anak atau remaja."

"Kami juga berusaha menjelaskan kepada publik, film ini secara proporsional," tuturnya.

Film ini mengisahkan kehidupan anak manusia bernama Wahyu Arjuno yang disapa Juno, yang pada masa kecilnya tidak memperoleh asuhan sebagaimana mestinya karena ketidakhadiran orang tuanya. Kesendiriannya mengharuskannya untuk pindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain.

Perjalanan hidup membawanya ke lingkungan komunitas lengger lanang, tari tradisional asli Banyumas yang dimainkan oleh lelaki yang didandani dan menari layaknya perempuan. Di sini dia menjadi seorang penari yang harus tampil feminim sebagai penari yang lemah gemulai.

Perjalanan hidup juga yang kemudian menjadikannya seorang gemblak, sebutan bagi anak muda laki-laki yang dianggap semacam 'kekasih' warok, tokoh dalam seni reog.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas