Cerita Rano Karno soal Awal Karier, Rumah Tangga, hingga Kesuksesan Si Doel Anak Sekolahan
Dalam kanal YouTube marten and friends, Rano Karno juga sedikit bercerita tentang sinetron garapannya, Si Doel Anak Sekolahan.
Editor: Tiara Shelavie
Ia menggambarkannya seperti memakan nasi satu piring bereng dengan empat saudaranya.
Oleh karenanya, sang ayah melarang Rano Karno berkecimpung di dunia seni.
Berkat Roy Marten
Rano Karno mengatakan film-film Indonesia kembali bermunculan di awal 1970-an, setelah 10 tahun mati suri.
Dengan kondisi dunia perfilman yang seperti itu, Rano Karno menyebut aktor Roy Marten sebagai orang yang berjasa bagi pemain film di era 1970-an.
Sebab, berkat Roy Marten, honor untuk para pemain film melonjak naik dari Rp 500.000 bisa sampai Rp 5 juta.
"Tapi sebetulnya, yang membuat harkat seni artis film Indonesia itu meningkat, Babe lu (Roy Marten). Gara-gara dia, kita kenal honor Rp 5 juta," kata Rano Karno.
"Dulu honor kita paling Rp 500.000, Rp 600.000, Rp 700.000, begitu Roy Marten Rp 5 juta," ungkap Rano Karno melanjutkan.
Penjelasan sinetron Si Doel Anak Sekolahan jadi film
Cerita lain, Rano Karno menjelaskan alasan memilih membuat kisah Si Doel Anak Sekolahan dalam versi film dibandingkan melanjutkan versi sinetronnya.
Rano Karno berujar, kendala yang pertama, waktu itu ia masih menjabat sebagai Gubernur Banten.
"Kelar dari dunia birokrat, pasti ke film lagi kan, mau bikin sinetron enggak sanggup dengan (pola) kerja sekarang, striping, setiap hari, waduh, umur sudah segini," ucap Rano Karno.
Pria kelahiran Oktober 1960 itu menambahkan, dengan kondisi Aminah Cendrakasih atau Mak Nyak saat ini lumpuh dan tak bisa melihat sangat tidak mungkin melanjutkan sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Oleh karena itu, Rano Karno berpikir dan merubah format sinetron menjadi sebuah film.