Penderita Rabun Jauh Meningkat di Masa Pandemi
Selama pandemi masyarakat kebanyakan beraktivitas di rumah dengan gadget mereka. Tak terkecuali anak usia sekolah.
Editor: Willem Jonata
Sebelum melakukan penanganan, dr Gusti G Suardana mengatakan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Tujuannya adalah agar dapat mengidentifikasi apa penyebab rabun dan tindakan apa yang musti dilakukan.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Misalnya menggunakan terapi Atropin dengan dosis 0,1 persen.
Penggunaan terapi ini dapat menghambat terjadinya pertambahan minus pada mata anak-anak.
Kedua adalah Orthokeratology atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ortho-K.
Cara terapi ini berbeda dari biasanya dan cocok apa bila dilakukan pada anak-anak yang belum siap melakukan operasi.
Terapi Ortho-K menggunakan lensa kontak yang didesain khusus untuk menghambat sekaligus menghilangkan pertambahan minus dengan cara mengatur ulang bentuk kornea mata. Penggunaan Ortho-K harus dilakukan secara rutin pada malam hari saat tidur.
Selain itu ada juga laser in-situ keratomileusis atau yang dikenal sebagai lasik mata. Operasi ini bertujuan untuk mengoreksi penglihatan mata. Caranya adalah membentuk kembali kornea mata sehingga cahaya dapat fokus pada retina yang terletak di belakang mata.
Untuk mencegah terjadinya Myopia dengan minus yang berat, perlu melatih mata agar tidak selalu melihat objek secara dekat. Selain itu konsumsi makanan yang bergizi dan bervitamin cukup. Sering lakukan kegiatan di luar ruangan.
"Lakukan pengecekan secara berkala, meski tanpa ada gejala yang dirasakan. Setidaknya lakukan 6 bulan sekali," katanya, Selasa (23/2/2021)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.