Riri Riza Sebut Perfilman Indonesia Mati Suri Terkena Efek Pandemi Covid-19
Direktur film, sutradara sekaligus penulis, Riri Riza sebagai narasumber membenarkan jika perfilman Indonesia bisa dikatakan mati suri atau krisis.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret 2021, Harian Kompas melakukan webinar Ruang Dialog Sinema, Senin (29/3/2021).
Suasana berbeda dialami di masa pandemi Covid-19, dimana semua kegiatan yang berhubungan dengan agenda perfilman semua dibatalkan karena alasan tersebut.
Direktur film, sutradara sekaligus penulis, Riri Riza sebagai narasumber membenarkan jika perfilman Indonesia bisa dikatakan mati suri atau krisis.
Baca juga: Sandiaga Uno Apresiasi Film Pendek Vertikal X&Y yang Tayang di TikTok Indonesia
Baca juga: Sambut Hari Film Nasional, TikTok Indonesia Luncurkan Film Berformat Vertikal yang Berjudul X&Y
“Ini kita mengalami krisis sih saya pikir, saya pikir itu satu hal yang bisa kita sepakati tetapi kita juga kalau dihitung-hitung saya berada di industri film 23 tahun, biasanya kita sebut itu film Indonesia sedang mati suri,” ucap Riri, Senin (29/3/2021).
Hal itu menurutnya sempat terjadi ketika tahun 1990 sampai dengan reformasi.
“Mati suri itu dimasa 90 an sampai reformasi, dan apa yang terjadi karena infrastruktur berproduksi film itu bisa dikatakan sangat tidak merata dan terpusat jadi hanya berada di dalam lingkungan tertentu saja, dan karena itulah kreatifitas itu tidak berkembang karya-karya juga terbatas dan kebanyakan di produksi oleh studio-studio besar di Jakarta,” katanya.
Terlepas dari hal itu, menurutnya pandemi Covid-19 sangat amat berdampak bagi perfilman di Indonesia yang menjadi terhenti mulai dari tim produksi hingga distribusi bioskop di Indonesia.
“Tetapi tercatat dari beberapa tahun lalu yang paling berat adalah tahun ini karena yang kena itu semua lini bukanhanya produksi, invertasi tapi juga distribusi bioskop, kita lumpuh betul ini kurang lebih sekitar enam sampai delapan bulan kemudian mulai tapi tidak juga signifiakan,” ujarnya.
Tanpa terkeculi dimana titik ini merupakan cobaan terberat bagi perfilman Indonesia termasuk dirinya selama dirinya berkarir 23 tahun di industri film Indonesia.
“Ini adalah sebuah situasi yang paling berat disepanjang sayapernahberproduksi film 23 tahun ,” ucapnya sutradara ternama Indonesia itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.