Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Hobi Pelihara Tanaman Hias Sejak Pandemi, Maudy Koesnaedi Belajar Ikhlas

Selama pandemi, aktivitas Maudy Koesnaedi jadi terbatas. Sebagian besar waktu dihabiskan di rumah. Ia pilih pelihara tanaman hias sebagai hobi baru.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Hobi Pelihara Tanaman Hias Sejak Pandemi, Maudy Koesnaedi Belajar Ikhlas
Instagram @maudykoesnadi
Maudy Koesnadi hobi pelihara tanaman hias. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM - Sejak pandemi Covid-19, banyak orang yang harus berada di rumah.

Selain itu, muncul kebiasaan baru untuk mengisi waktu luang selama berada di rumah.  Seperti halnya dilakukan oleh artis Maudy Koesnaedi. Selama pandemi Covid-19, aktivitasnya menjadi terbatas. Sebagian besar waktunya selalu dihabiskan di rumah. 

Ia pun memulai sebuah hobi baru, yakni pelihara tanaman hias. Maudy Koesnaedi akhirnya mulai belajar mengenal tanaman hias. Bahkan mulai dari yang paling dasar seperti rumput.  

"Pernah awal pandemi gak ada kerjaan nyabut rumput liar di halaman. Saking ga tahu musti ngapain di rumah," ungkapnya pada webinar yang diadakan Alinea ID,  Selasa (28/9/2021).

Lewat hobi barunya ini, Maudy Koesnaedi bertemu dengan komunitas pencinta tanaman. Lewat komunitas tersebut ia merasa banyak mendapatkan informasi tentang merawat tanaman. 

Baca juga: Maudy Koesnadi Ditegur Gara-gara Makan di KRL Commuterline Tujuan Stasiun Bogor

Baca juga: Ingat Masa SMA, Maudy Koesnadi Akui Bukan Anak Gaul

Sebelum mengenal tanaman, ia pernah beberapa kali mempunyai pengalaman menyedihkan. Seperti pernah membeli tanaman secara online, namun jenis yang diberikan berbeda.  Selain itu pernah juga Maudy Koesnadi membeli tanaman namun daunnya banyak yang gugur. Setelah diperiksa, ternyata tanaman tersebut tidak punya akar. 

Berita Rekomendasi

Tidak hanya itu, awal menanam tanaman hias, Maudy Koesnadi sempat merasa stres. Ia mengaku tidak menikmati proses dan sempat panik jika melihat tanamannya menguning. 

"Akhirnya suami saya bilang gini. Sayang, aku itu dukung kamu punya hobi, jadi di rumah gak rewel, bangga lihat kamu berhasil. Tapi ngelihat kamu marah marah gini dimana mindfullnesnya, dimana bahagianya punya tanaman kalau berantem terus," katanya lagi. 

Maudy Koesnaedi mengakui ketika awal bertanam, ia kerap melarang sang anak bermain bola di rumah karena takut terkena tanaman hias miliknya.

"Anak saya mau main bola enggak boleh. Jadi anak saya diam saja di rumah. Kan kasihan. Jadinya belajar ikhlas," katanya lagi. Maudy pun mulai belajar kalau tanaman mengajarkan ikhlas, mendewasakan diri dan mencintai tanpa harapan tinggi. Maudy Koesnaedi mencoba untuk menikmati setiap proses dalam bertanam hias. 

 "Ya sudah kalau mati ya sudah. Kemarin beli Melanos Rp 1,5 juta sekarang dijual Rp 300 ribu ya sudah. Karena ada tanaman harganya tinggi, tapi ada momen turun. Jadi ya udah. Hal itu dijalani aja," pungkasnya.

Tren Tanaman Hias

Setahun terakhir, tren tanaman hias memang menjadi salah satu yang paling digemari selama berkegiatan di rumah.  Menurut pemilik Han Garden sekaligus pembudidaya, pemulia dan kolektor tanaman hias, Handry Chuhairy, jenis tanaman hias masih bertahan pada tanaman dedaunan (ornamental plants-foliage plants-aroid). Dan pada 2021 sekarang, tanaman hias bukan lagi merupakan gaya hidup. Ke depan, pada tahun 2022 tanaman hias bisa sebagai kebutuhan. Lalu berubah menjadi fashion. 

Beruntungnya, Indonesia berada pada garis equator atau khatulistiwa yang merupakan imajiner bumi belahan utara dan selatan.  Beberapa daerah yag dilalui garis ini adalah Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku. 

Berada di sekitar garis khatulistiwa membuat Indonesia banyak ditemukan berbagai jenis tanaman hias.  "Saat ini trend-nya adalah vertical garden, ornamental plants, Patio garden, foliage plants. Selain itu ada Trend Urban Jungle, aroid plants, tren interior urban jungle oleh kaum milenial, era marketing digital 4.0," ujar Handry. 

Baru-baru ini tren mengarah pada tanaman hias dari Kalimantan Barat. Di antaranya seperti tanaman Aracea yaitu Scindapsus, Rhapidophora, homalomena, Shcismatoglottis, alocasia, colocasia, amydrium dan epipremnum. 

"Nah ini ternyata memukau seluruh dunia bahwa tanaman, endemik di Indonesia itu merupakan sesuatu yang diburu," katanya lagi. Kondisi hutan-hutan di Indonesia terutama yang dilalui garis khatulistiwa mendukung adanya mutasi pada tanaman hias ini. Tidak hanya dari segi bentuk, tapi juga warna. 

"Dari warna pun banyak. Ada yang keluar varian warna putih, kuning maupun marbel dan sebagainya. Dan ini seperti mode, fashion," pungkasnya.

Perlu Pelatihan

Bupati Landak Karolin Margret Natasa juga mengakui, di wilayahnya masih banyak pelaku usaha yang langsung mengambil tanaman hias dari hutan asli. Mereka bahkan menggunakan truk saat berburu dan untuk mengangkut tanaman hias dari hutan.

Jika terus seperti itu, kata dia, bisnis tanaman hias yang seharusnya bisa berkelanjutan dan menggerakkan ekonomi warga justru akan mengancam kelestarian lingkungan.

Jika itu terjadi, keberlanjutan dari bisnis tanaman hias terancam. Karena itu, kata Karolin, pelatihan bagi pelaku usaha tanaman hias perlu diberikan.

Pihaknya akan mengidentifikasi pihak-pihak yang bakal didorong untuk menjadi pelaku usaha tanaman hias. Ia berharap pelatihan itu bermanfaat bagi warga.

"Sehingga teman-teman di lapangan juga bisa mengembangkan tanaman hias di Kalimantan Barat, terutama dalam semangat melestarikan lingkungan. Mereka tidak hanya mengambil dari hutan, tetapi bagaimana agar tanaman kita kembangkan, baru kemudian diambil keuntungannya secara ekonomi," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas