Ada yang Tunjukkan Gejala Covid-19, Tapi Takut Lakukan Tes, Satgas Covid-19 Paparkan Strateginya
Sebagian masyarakat terkadang enggan melakukan testing dengan berbagai alasan, meskipun mereka menunjukkan gejala covid-19.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian masyarakat terkadang enggan melakukan testing dengan berbagai alasan, meskipun mereka menunjukkan gejala covid-19.
Sebagian beranggapan jika ketahuan Covid-19, maka akan dirumahkan dan tidak bisa mendapatkan penghasilan harian.
Menanggapi hal ini, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Sonny Harry B Harmadi mengungkapkan Satgas covid-19 belajar dari awal pengendalian Covid-19.
Jika menempatkan masyarakat sebagai objek, maka akan muncul stigma dan partisipasi masyakart tidak terbangun, sehingga yang positif Covid-19 dianggap kurang baik dan sebagainya.
Lalu berakhir pada takut tes dan teridentifikasi covid-19.
Baca juga: Pasien Meninggal Setelah Diduga Ditolak di RSAL Merauke, Keluarga Bantah Bocah itu Terpapar Covid-19
Baca juga: Menkes Sebut Tren Kasus Covid-19 dan Perawatan Sudah Melandai
Satgas Covid-19 pun membuat strategi bagaimana penanganan Covid-19 dilakukan di level komunitas, dengan menempatkan masyakarat sebagai subjek.
"Jadi kita mendorong pembentukan posko desa atau kelurahan. Posko ini punya peran ntuk melakuan pencegahan, penanganan, pembinaan, pendukung dan pendataan,"ungkapnya pada siaran Radio Kesehatan dikutip Tribunnews, Senin (28/2/2022).
Dengan adanya posko desa dan kelurahan ini, diharapkan semua warga di dalam komunitas di level terkecil seperti RT, RW dan kelurahan justru bergotong royong untuk pencegahan, penanganan dan seterusnya.
"Kalau ada yang sakit, beberapa rumah atau lingkungan sekitar melakukan mikro lockdown. Ketika ditemukan beberapa kasus dalam satu lingkup komunitas tentu, dilakukan karantina wilayah," papar Sonny lagi.
Baca juga: 6 Orang di Sleman Meninggal Dunia Akibat Covid-19
Selain itu masyarakat yang mengetahui ada warga yang terkonfirmasi positif harus saling support. Ada yang menyediakan makanan, obat-obatan dan sebagainya. Sehingga terbangun gotong royong yang sudah menjadi akar budaya Indonesia.
"Kita berharap dengan pendekatan PPKM mikro melalui posko desa dapat menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam penanganan Covid-19. Tidak ada stigma, sehingga tidak perlu takut ada tes dam tidak ada terbebani psikologis," tegasnya.
Karena, orang yang terkena Covid-19 ditambah pula oleh stigma negatif malah akan menjadi beban pikiran dan memperburuk proses penyembuhan.
Satgas Covid-19 juga dalam PPKM mikro telah mendorong duta perubahan perilaku sebanyak 163.000 mendukung posko desa dan kelurahan di seluruh Indonesia.