Pernah Kehilangan Anak, Najwa Shihab Paham Perasaan Kang Emil dan Istri: Kesedihan Tak Terbandingkan
Keluarga besar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil diliputi duka mendalam. Emmeril Khan Mumtaz alias Eril, putra sulung mereka, dinyatakan meninggal.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Keluarga besar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil diliputi duka mendalam.
Emmeril Khan Mumtaz alias Eril, anak sulung Kang Emil, sapaan akrabnya, dinyatakan meninggal dunia karena tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss.
Sebelumnya Eril dinyatakan hilang terseret arus saat berenang di sungai tersebut.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Swiss menyempaikan bahwa pihak otoritas setempat telah mengubah sistem pencarian Eril.
Mulanya, pencarian Eril berstatus mencari orang hilang (missing person). Kini diubah menjadi mencari orang tenggelam (drowned person).
Baca juga: Dari Tanah Suci, Puan Maharani Panjatkan Doa Terbaik untuk Emmeril dan Keluarga Kang Emil
Peristiwa yang dialami Eril menuai simpati dari banyak orang. Tak terkekcuali dari kalangan artis dan selebritis.
Mereka memahami perasaan Kang Emil dan Atalia Praratya, sang istri, yang baru saja kehilangan anaknya.
Najwa Shihab menyampaikan duka mendalam terhadap Ridwan kamil. Sebagai orangtua, ia tahu betul rasanya kehilangan anak karena pernah mengalaminya.
"Sejak kabar hanyutnya Eril mencuat, setiap hari saya terus mencari dan menunggu kabar terbaru tentang pencarian Eril. Dan bukan hanya saya saja, jutaan orang lain juga melakukannya. Kami terkejut, tercekat, was-was dan sedih sekaligus berharap semoga ada kabar baik dari Sungai Aare."
"Tentu kesedihan Teh Atalia dan Kang Emil tak terbandingkan, tapi siapa yang tak remuk membaca surat Teh Atalia yang pamit meninggalkan Swiss? Sekali lagi, perasaan kami tentu tak seberapa dibanding yang dirasakan Teh Atalia dan Kang Emil, tapi setiap yang berakal akan bergumam: tak terbayangkan betapa berat mengalami kehilangan seperti ini," tulis Najwa sebagai keterangan postingannya di Instagram.
"Saya pernah kehilangan seorang putri. Setiap orang juga pernah — setidaknya akan — mengalami kehilangannya sendiri-sendiri. Kita semua punya kalender yang pada salah satu tanggalnya telah disuratkan gilirannya masing-masing."
"Bermilyar-milyar kehidupan pernah hadir dan pergi di bumi ini. Kita hanya sebutir pasir dari hamparan yang tak terpermanai itu. Bersama orang-orang tercinta, kita semua pernah membentuk istana pasir, dan kita tahu pada akhirnya — cepat atau lambat — istana pasir itu akan kita berikan kepada samudera."
"Simpati dari saya dan jutaan orang lain tentu tak bisa menawarkan kepedihan. Kami hanya bisa berdoa semoga kekuatan dan ketabahan itu masih memadai untuk melewati hari-hari kehilangan yang mungkin tak akan singkat ini."
"Peluk dari jauh untuk Teh Atalia, Kang Emil dan Zara."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.