Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Dukuh Atas Kian Ramai, Bonge Jadi Sering Diminta Foto Bareng, Sampai Mau Pulang Pun Susah

Bonge kian populer seiring viralnya Citayam Fashion Week. Ia pun sibuk meladeni permintaan foto bareng.

Penulis: Bayu Indra Permana
Editor: Willem Jonata
zoom-in Dukuh Atas Kian Ramai, Bonge Jadi Sering Diminta Foto Bareng, Sampai Mau Pulang Pun Susah
IG bonge_real/Youtube Baim Paula
Kolase foto Bonge, superstar Citayam Fashion Week. 

Bonge yang baru bangun pun melempar senyum sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Awak Tribun pun duduk diruang tamu sembari disugihi segelas minuman dingin.

Erni bercerita soal anaknya yang kini jadi bahan pembicaraan banyak orang karena viral di media sosial dari konten Citayam Fashion Week.

Ia juga bercerita, jika nama Bonge baru populer sejak 6 bulan lalu.

"Kalau nama Bonge sih sejak nongkrong di Sudi (Sudirman) sudah dari 6 bulan lalu, sebelum puasa," kata Erni.

Bonge sendiri tak banyak bercerita saat ditanya perihal dirinya terjun di Citayam Fashion Week. Menurut Erni, anaknya memang tipikal yang pendiam dan tak banyak berbicara.

Erni pun menceritakan kehidupan Bonge sebelum terkenal seperti sekarang ini. Bonge diceritakan lebih banyak tinggal bersama kakek dan neneknya di Bojong Gede.

Berita Rekomendasi

Semenjak kecil, Bonge yang lahir pada 21 Agustus 2005, memang tinggal dengan kakek dan neneknya.

"Memang lebih sering di sana (Bojong Gede) karena disana lebih banyak teman-temannya. Disini (tinggal di Cilebut) baru pindah satu tahun. Jadi enggak banyak temannya," cerita Erni.

"Dari kecilnya juga memang di Bojong, jadi dia lebih sering tidur di tempat neneknya. Banyak kenal di Bojong ketimbang disini," ungkapnya.

Ditengah berbincang dengan Erni sekitar pukul 10.45 WIB, Bonge terlihat mulai sibuk menerima telepon.

Bonge bahkan terlihat bersiap-siap dan berpakaian rapih untuk berangkat membuat konten di Sudirman.

Erni pun berkisah soal kehidupan anaknya yang harus putus sekolah saat berusia 10 tahun atau momen kenaikan kelas 4 Sekolah Dasar (SD).

Saat itu dirinya tak mempu membiayai pendidikan sekolah.

Setelah putus sekolah, Bonge terjun ke jalanan dengan menjadi seorang pengamen.

"Sempat sekolah kelas 3 mau naik kelas 4, dia keluar. Ya kerena satu bentrok biaya juga, trus dia karena pergaulannya juga jadi teman-temannya juga. Mulai saat itu, (berhenti sekolah) mulai ngamen-ngamen," ungkap Erni.

Erni juga menceritakan, saat mengamen, Bonge mendapat pengasilan tak menentu. Mulai dari Rp 30 ribu hingga 100 ribu.

Namun, uang yang didapatinya itu tak cuma-cuma dihabiskkan untuk keperluan dirinya. Ia tetap menyisihkan hasil mengamen untuk menyambung kehidupan nenek serta adik-adiknya.

"Dulu kan ngamen cuman dapet Rp 30 ribu, sampai Rp 100 ribu paling besar. Bisa buat makan sama jajan dia."

"Ngasih kita. Sama ngasih makan neneknya, karena selama ini neneknya dia yang nanggung sama kakeknya di Bojong," katanya.

"Kalau ada lebihnya baru buat dia. Kadang-kadang kita minta sekedarnya aja, buat jajan adeknya. Memang dia yang ngurusin kakek neneknya," sambungnya.

Ia pun mengaku bersyukur atas apa yang dilakukan Bonge hingga saat ini hingga bisa membantu perekonomian keluarganya.

Erni juga tak ambil pusing soal komentar miring tentang anaknya yang kini menjadi ikon di kawasan Sudirman.

"Ya paling saya jawab, bersyukur aja, memang sudah waktunya diangkat sama yang di atas, yang dulunya dia susah, yang dulunya dia ngamen, pernah hidup susah sekarang bisa diangkat derajatnya. Bisa memenuhi kebutuhannya juga, kebutuhan orang tua juga," terang Erni. (tribun network/Bayu Indra Permana/yuda).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas