Seniman Hana Madness Berhasil Lawan Kesehatan Mental Lewat Curhatan Karya Seni
Seniman Hana Madness bersyukur seni bisa menyelamatkan hidupnya dari masa yang kelam.
Penulis: Fauzi Nur Alamsyah
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seniman Hana Madness bersyukur seni bisa menyelamatkan hidupnya dari masa yang kelam.
Sebab Hana Madnes sudah bisa berdamai dengan kondisi kesehatan mentalnya walau masih mengalami gangguan kesehatan hingga saat ini.
Seniman doddle art asal Indonesia ini diketahui mengidap kesehatan mental bipolar, eating disorder, aboreksia, bulimia nervosa, hibgga laksatif abuse.
Baca juga: Pameran Karya Seni Rupa Tidak Harus di Atas Rel, Ketika Disrupsi Meniscayakan Kreasi dan Inovasi
"Art save my life," kata Hana Madness saat mengisi talkshow and workshop di Playfest 2022, Istora Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/9/2022).
Namun, jauh sebelum ia berkarir sebagai seorang seniman, Hana Madness menceritakan pengelaman pribadinya yang kini bisa merubah hidupnya jauh lebih baik.
Beberapa fase yang masih diingatnya ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga kuliah. Dimana ia kerap mendapatkan perilaku menyimpang.
"Aku banyak sekali mendapatkan kekerasan sampai seksual abuse yang mana menjadi kontributor terbesar dalam membentuk kondisi mental aku di level yang cukup ekstrem," ungkap Hana Madness saat ditemui seusia acara.
Hingga akhirnya ia tak bisa menyelesaikan pendidikannya karena harus menjalani masa rehabilitasi dampak dari kondisi mentalnya.
Disitu lah membuat Hana Madness merasa sendirian tanpa adanya sosok yang bisa mendengarkan curhatannya. Sehingga ia memilih untuk mencorat-coret latar kosong sebagai curahan hatinya.
"Aku menemukan sketchbook bahkan meja kelas, ataupun tembok, aku pakai pensil, aku pakai spidol, pakai drawing pen yang aku jadikan teman curhat aku sebagai teman loyal aku," ucap Hana Madness.
Selanjutnya, ia bertemu dengan seorang pria yang kini menjadi pasangannya untuk bisa membuatnya keluar dari masa keterpurukan.
Pria tersebut yang pertama kali memperkenalkan medium kanvas kepada Hana Madness sehingga ia mencoba konsisten dalam bidang kesenian.
"Sebelum aku ketemu dia (pasangan), pada 2010 atau satu tahun setelah aku lulus dari SMA, aku pertama kali bertemu dengan klien komersil aku," ungkap Hana Madness.
"Mereka mencetak karya aku dalam sebuahbkorek api sebanyak 5000 buah ke seluruh Indonesia. Itu juga awalnya aku cuma submit ke e-magazine," tutur Hana Madness sambil tertawa.
Diketahui, walaupun telah berdamai dengan kondisi mentalnya, Hana masih sebagai disabilitas kesehatan mental.
"Gue melalukan banyak dosa besar di dalam diri gue, terhadap diri gue sendiri, terhadap keluarga gue, tapi gue sudah berdamai. Gue bisa berdaya dengan seni. Gue bisa membuka mata dengan diri gue sendiri, gue bisa membuka mata banyak orang," pungkas Hana Madness.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.