Kenang Perjuangan Arist Merdeka Sirait, Arzeti Bilbina dan Cornelia Agatha Tak Bisa Tahan Tangis
Arzeti Bilbina dan Cornelia Agatha larut dalam suasana haru tak bisa menahan tangis saat mengenang jejak perjuangan Arist Sirait Ketua Komnas PA.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aula Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) di Jalan TB Simatupang No 33 Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Senin (11/9/2023) lalu mendadak hening.
Suara tangis sesenggukan dari Rostimaline Munthe, istri mendiang Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas PA, saat dirinya menceritakan perjuangan bersama Arist Merdeka Sirait selama hidup, dalam acara Mengenang Jejak Sang Pejuang HAK Anak Indonesia.
Baca juga: Komnas PA Lanjutkan Perjuangan Arist Merdeka Sirait Kampanye Bahaya BPA Bagi Kesehatan Anak
Terlihat aura haru ini dirasakan semua yang hadir, termasuk Arzeti Bilbina, artis yang juga anggota DPR RI, ikit larut dalam tangisan.
Hal yang sama juga diperlihatkan Cornelia Agatha, artis peran yang juga Ketua Komnas PA DKi Jakarta.
Menurut Rostimaline Munthe, Arist berjuang dengan tulus demi melindungi anak- anak dari kekerasan.
Termasuk memerhatikan masa depan anak-anak dari sisi kesehatan, seperti menghindarkan dari paparan zat Bisphenol A yang terdapat pada kemasan galon guna ulang.
Baca juga: Kenang Sosok Arist Merdeka Sirait, Menteri PPPA: Kita Kehilangan Sosok Pejuang Hak Anak
Menurut Rostimaline Munthe, soal perlindungan anak, dirinya lebih dulu terjun dalam dunia anak-anak. Sementara Arist Merdeka masih berjuang untuk buruh.
"Kami berjuang untuk membela hak anak bukan demi mencari keuntungan, bukan mencari nama dan bukan untuk mencari uang. Tapi demi keselamatan anak- anak, " tutur Rostimaline Munthe di hadapan puluhan awak media televisi.
Dari sekian kasus besar yang ditangani Arist Merdeka Sirait saat menjadi Ketua Komnas Perlindungan Anak , seperti di antaranya, pelecehan Seksual terhadap anak anak murid, di Sekolah Selamat Pagi Indonesia, oleh pemilik sekolah tersebut, kasus perkosaan ayah terhadap anak kandungnya yang terjadi di Depok, Jawa Barat, di Buleleng Bali dan yang paling membuat hancur hati Arist Merdeka Sirait adalah kasus di Kabupaten Toba.
Tapi dari semua kasus itu yang menjadi perhatian khusus adalah seputar bahaya Bisphenol A bagi bayi, balita dan janin, yang sarat dengan perlawanan dan lobi - lobi dari asosiasi Industri yang tidak menginginkan kemasan galon guna ulang diberi label peringatan, yang tentu saja hal tersebut mereka menomor duakan kesehatan usia rentan demi kepentingan bisnis, bahkan dengan kencangnya menyuarakan berita yang menyesatkan.
Arist terus mendesak BPOM agar segera galon guna ulang diberi label karena mengandung BPA.
Selain itu Arist juga mendesak agar PerkaBPOM No 31 tahun 2018 segera disahkan atau disetujui oleh Presiden.
Sebagai bentuk tanggung jawab dan keseriusan Arist Merdeka Sirait, terus mengikuti berbagai diskusi dan seminar yang membahas bahaya BPA.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Arist Merdeka Sirait Derita Infeksi Saluran Kandung Kemih
Bahkan di ulang tahun yang ke 100 PBNU, Arist menjadi nara sumber dalam gelaran Bahtsul Masail tentang bahaya BPA bagi anak-anak di Pasuruan.
"Kita tak akan menemukan lagi figur seperti beliau (Arist Merdeka). Kita beruntung masih diberikan contoh dari tingkah laku beliau dalam berjuang demi anak-anak, " tutur Arzeti Bilbina, Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB sambil meneteskan air mata.
Masih menurutnya, Arzeti berjuang bersama Arist Merdeka saat menggoalkan pelabelan pada galon guna ulang.
"Pada saat saya diminta untuk menjadi bagian dan kebetulan saya ada di komisi IX, kita juga mengapresiasi penuh kepada ibu Penny K Lukito yang luar biasa gerak cepat, yang beliau berikan untuk aspirasi yang kita sampaikan ketika kita RDP (Rapat Dengar Pendapat) dengan BPOM sampai hari ini tadi dikatakan, perjuangan ini belum berakhir, " papar Arzeti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.