Musuh Si Mucikari: Opera Ananda Sukarlan Tunjukkan Ngerinya Perdagangan Manusia
Kasus perdagangan manusia sekarang ini semakin menjadi-jadi. Lebih menyedihkan lagi, tak semua orang mengetahui hal ini dan peduli dengan kasus ini.
Editor: Toni Bramantoro
“karena kita turut merasakan penderitaan korban perdagangan manusia tersebut," tuturnya.
Ananda menyampaikan tentang kepahlawanan dari Auw Tjoei Lan, bagaimana dia menyelamatkan ratusan anak yang sebenarnya tak gampang.
“Sebenarnya ini suatu sejarah yang terlupakan, karena tokoh Auw Tjoei Lan, itu sudah tidak ada di buku sejarah. Padahal dia jasanya besar sekali. Ceritanya dia sebagai anak yang sedang dibawa lewat kapal ke Batavia untuk kemudian dijual, tidak tahu jualnya seperti apa,“ jelas Ananda menyayangkan.
Dengan opera, Ananda berharap para penonton bisa tersentuh nuraninya dan merasakan fenomena perdagangan manusia ini secara emosional,
“karena ini yang akan lebih penting untuk menggerakkan kita semua untuk berbuat sesuatu melawannya daripada hanya mengerti soal fakta dan data,” urai Ananda Sukarlan yang Minggu depan akan ke Sumatra Barat atas undangan Payakumbuh Poetry Festival dan juga bertandang ke Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Di sana ia akan bekerjasama dengan departemen vokal klasik di bawah Della Rosa Panggabean, mempersiapkan karya-karyanya atas puisi para penyair Sumbar Muhammad Subhan, Riri Satria dan Heru Joni Putra serta alm. Chairil Anwar.
Rencananya opera 'Musuh si Mucikari' akan dipentaskan perdana secara utuh pada April 2024, disutradarai oleh Chendra Panatan.
Ananda adalah pelopor genre opera klasik di Indonesia, dengan karya-karyanya opera berdasarkan cerita pendek Putu Wijaya.
Karya terakhirnya adalah 'Clara' berdasarkan kisah dari Seno Gumira Ajidarma dan dibintangi oleh Isyana Sarasvati, pemenang Kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan 2013 dan kini sukses sebagai penyanyi pop.
Perlu diketahui, ABAS adalah sebuah perkumpulan / ormas yang dibesut oleh Boyke Djohan dengan para pengurus diantaranya, Habib Kribo, Ananda Sukarlan, Rapindo Hutagalung, Solo Simanjuntak, Irjen Pol (Purn) Benny Mokalu, Sonny Tulung, Ferdinand Hutahaean, Iwan Diah, Astrid Esther, Eliza M Permatasari, Bucek Depp, Sandy Nayoan, Novie Bule, Tarida Ali Sastroamidjojo, Burhan Abe, Dede Rully, Peter F Momor, dan lain-lain.