Penghormatan Seniman dari Kalimantan Selatan dan Jambi di Panggung Maestro III
Panggung Maestro-III di Teater Wahyu Suhombing Taman Ismail Marzuki menghadirkan maestro kesenian dari dua daerah yaitu Kalimantan Selatan dan Jambi
Penulis: Willem Jonata
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Ada Penghormatan Seniman dari Kalimantan Selatan dan Jambi di Panggung Maestro III
Willem Jonata/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Panggung Maestro-III di Teater Wahyu Suhombing Taman Ismail Marzuki menghadirkan maestro kesenian dari dua daerah yaitu Kalimantan Selatan dan Jambi, 8-9 Maret 2024.
Dari Kalimantan menampilkan Ladon, Wayang Topeng Banjar, hingga wayang kulit. Sementara dari Jambi menampilkan Tari Kain Kromong, Tari Betauh, Tari Kelik Lang, Tradisi Lisan Bejolo, dan Tari Dana Syarah.
Pementasan kesenian ini wadah bagi maestro kesenian dari berbagai daerah di Indonesia sebagai upaya pelestarian kebudayaan Nusantara.
Baca juga: Teater Sastra UI Gelar Komedi Lurah Koplak, Potret Terkini Demokrasi Indonesia
"Saya berharap kawan seniman di seluruh Nusantara mendapat dukungan di dalam menegakkan daya cipta dan perkembangan peradaban kebudayaan Indonesia untuk jangka panjang. Marilah kita menjaga maestro, melangkah ke depan," ujar Restu Imansari Kusumaningrum, Dewan Artistik Panggung Maestro dalam keterangan siaran persnya.
Menurut Restu, kesenian tradisional seperti tari, musik, teater, dan tradisi lisan merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki setiap daerah di Indonesia.
Namun, saat ini semakin sedikit masyarakat yang memiliki pemahaman mendalam terhadap berbagai kesenian tradisional.
Panggung Maestro yang disajikan secara berseri bertujuan untuk meningkatkan apresiasi kita terhadap kesenian dan senimannya dari berbagai daerah, sehingga tumbuh semangat dan upaya untuk melanjutkan kiprahnya dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan kesenian tradisional Indonesia.
"Panggung Maestro adalah sebuah pernyataan penghormatan kepada para seniman yang telah mengalirkan energi seni-budaya yang didapat dari para pendahulunya kepada kita generasi penerusnya," timpal Dewan Artistik Panggung Maestro Endo Suanda.
Sementara energi, menurut dia, adalah daya hidup, semacam sukma, bukan benda mati. Tapi sukma hanya ada jika raga terjaga.
"Pernyataan ini adalah niat, semacam janji, untuk kita menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan memupuk energi itu, hingga akan lahir buah dan biji yang membekali pertumbuhan budaya seterusnya," jelasnya.
Panggung Maestro pertama kali diselenggarakan pada Juli 2023 dan akan hadir ketiga kalinya pada Maret 2024 ini di Teater Wahyu Sihombing di Taman Ismail Marzuki.
Panggung Maestro menjadi momen bagi siapapun untuk menjumpai para penari yang berusia di atas 70 tahun bahkan ada yang sudah melebihi 90 tahun, namun masih berkarya.
Lama rentang waktu yang mereka jalani di bidangnya bukan main-main. Karenanya mereka disebut maestro kesenian.
"Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh dilampauinya, dan yang mampu ada dan selalu ada adalah "kasunyatan" yang senantiasa bersemayam di dalam tubuhnya, dan itulah sejatinya," ujar Sulistyo Tirtokusumo, Dewan Artistik Panggung Maestro lainnya.
Gelaran ini merupakan persembahan Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Didukung pula oleh gerakan Purnati Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI) dan PT Bluebird Group.
Panggung Wacana
Mendukung Panggung Maestro III diselenggarakan pula sebuah forum berjudul “Panggung Wacana” untuk mengartikulasikan nilai-nilai di balik layar yang mungkin tidak terungkap dalam pementasan.
Dengan topik besar kali ini yaitu ‘Akulturasi Budaya’, kita akan menguak sejarah perpaduan budaya yang terjadi hingga melahirkan budaya dan kesenian masa kini di Kalimantan Selatan dan Jambi.
Narasumber yang akan berbicara dalam forum kali ini adalah Mukhlis Maman, DRS (mantan Pamong Budaya Madya Kalimantan Selatan) dan Dr. Sri Purnama Syam, SST,.M.Sn (peneliti budaya dari Jambi).
Kedua pegiat seni yang telah mendampingi perjalanan para Maestro ini akan berbagi pengetahuan yang jarang diangkat dalam media-media untuk diteruskan oleh kaum muda masa kini.