Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Buntut Panjang Film Kiblat: Dikecam MUI, Poster dan Judul Diganti oleh Leo Pictures

Kasus judul dan poster film Kiblat berbuntut panjang lantaran dikecam MUI. Akhirnya, Leo Pictures pun bakal menarik poster dan mengganti judul film.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Salma Fenty
zoom-in Buntut Panjang Film Kiblat: Dikecam MUI, Poster dan Judul Diganti oleh Leo Pictures
Kompas.com/Revi C Rantung
Deretan pemain film Kiblat dalam jumpa pers film Kiblat di daerah Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).(KOMPAS.com/Revi C Rantung) 

TRIBUNNEWS.COM - Production house atau rumah produksi yang membuat film horor berjudul Kiblat, Leo Pictures akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi dari film terbarunya tersebut.

Seperti diketahui, beberapa waktu yang lalu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis mengkritik judul dan poster dari film Kiblat.

Cholil Nafis menilai poster yang memperlihatkan seseorang melakukan rukuk dalam sholat tetapi kepalanya dibuat menghadap ke atas dinlainya sebagai kampanye hitam terhadap ajaran agama Islam.

Dalam video yang diunggah di akun resmi Leo Pictures, produser film Kiblat, Agung Saputra menemui Cholil Nafis dan Sekretaris MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Arif Bachrudin di Kantor MUI, Jakarta.

Pada pertemuan itu, Agung meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi di masyarakat buntut judul dan poster dari film Kiblat.

"Kami datang hari ini, ingin meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi beberapa hari ini," tuturnya.

Kemudian, video berlanjut dengan diperlihatkannya surat permintaan maaf dari Leo Pictures yang diberikan kepada MUI.

Berita Rekomendasi

Cholil menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut, Leo Pictures bakal mengubah judul dan poster dari film yang disutradarai oleh Bobby Prasetyo.

"Terima kasih, mas Agung mewakili dari Leo Pictures bahwa film Kiblat yang akan dibuah namanya tidak lagi kiblat dan juga posternya," ujarnya.

Baca juga: Film Kiblat Diboikot, Prilly Latuconsina Enggan Terlibat Perdebatan

Cholil pun berterima kasih atas sikap Leo Pictures yang telah mendengarkan kritik dari MUI dan publik terkait judul dan poster dari film Kiblat tersebut.

"Inilah upaya kami menyampaikan dakwah perbaikan. Jadi kreativitas kita akan dorong tetapi terarah kepada dakwah dan juga jangan sampai menyinggung perasaan orang lain," tuturnya.

Meski sempat mengkritik, Cholil pun tetap berharap agar film Kiblat dapat memberikan tuntunan bagi masyarakat yang menontonnya.

Sebelumnya, lewat cuitan di akun X (dulu Twitter) pribadinya, Cholil mengkritik poster dan judul dari film Kiblat tersebut.

Adapun kritik tersebut berawal dari warganet yang bertanya terkait poster dan film Kiblat tersebut.

Dia mengungkapkan poster dan judul tersebut telah merepresentasikan kampanye hitam ajaran agama Islam.

Cholil pun mendesak agar poster tersebut diturunkan dan film Kiblat dilarang tayang.

"Saya tak tahu isi filmnya maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya kiblat ya. Saya buka2 arti kiblat hanya ka’bah, arah menghadap orang2 shalat. Klo ini benar sungguh film ini tak pantas dan kampanye hitam ajaran agama yg harus diturunkan dan tak boleh tayang," kata Cholil dalam cuitannya pada Minggu (24/3/2024).

Belum Lolos Sensor

Selain dikecam terkait judul dan posternya, film Kiblat ternyata juga belum lolos sensor.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Ervan Ismail.

"Film Kiblat secara utuh, sampai hari ini, belum ada surat tanda lolos sensor," katanya dalam wawancaran di Kompas TV, Selasa (26/3/2204).

Namun, Ervan menjelaskan bahwa produser film Kiblat bukan serta-merta tidak pernah meminta LSF meninjau film yang diproduksinya.

Hanya saja, sambungnya, LSF memberikan beberapa catatan dan mengembalikan film yang turut dibintangi selebgram, Ria Ricis tersebut.

"Tapi (film Kiblat) belum dikembalikan ke kami lagi. Filmnya sendiri sampai hari ini belum masuk ke LSF lagi," ujarnya.

Ervan mengakui film tersebut mengalami polemik karena adanya perbedaan pemahaman dan anggapan masyarakat terhadap batasan dalam film.

"Iya sekarang yang jadi permasalahan tata cara beribadah dan dianggap menakut-nakuti beribadah. Kita akan lebih memperhatikan juga ke sana karena masyarakat kan berkembang ya," ungkapnya.

Sehingga, Ervan mengimbau para pembuat film dan rumah produksi untuk memperhatikan karya yang dibuatnya dengan dinamika kondisi masyarakat.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas