Bahaya Hipertensi pada Ibu Hamil dan Janin
Kadang kala hipertensi pada kehamilan tidak dapat dicegah. Namun, ada treatment yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hipertensi dapat menimbulkan dampak buruk bagi ibu hamil dan janin.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis fetomaternal dr Astrid Fransisca Padang.
Ia menjelaskan apa saja bahaya hipertensi pada ibu hamil dan janin. Bahaya pertama adalah dapat mempengaruhi tekanan darah.
Situasi ini, jika dibiarkan berlarut-larut dapat mengganggu fungsi organ, seperti ginjal dan hati.
"Kedua, gangguan dari hemodinamik," ungkapnya pada media interview virtual, Jumat (25/10/2024).
Hemodinamik sendiri berkaitan dengan sirkulasi darah, fungsi jantung, kondisi pembuluh darah, daya guna jantung hingga cardiac output.
Ketiga, muncul gangguan dari komposisi darah. Seperti, terjadi trombositopeni atau menurunnya trombosit.
Keempat, hipertensi pada ibu hamil juga bisa menyebabkan gangguan pada paru-paru.
Gangguan paru-paru bisa muncul kalau hipertensi terjadi terus menerus tanpa adanya penanganan yang tepat.
Tidak hanya pada ibu, hipertensi juga bisa memengaruhi kesehatan janin. Dampaknya, pertumbuhan janin bakal terhambat.
Hipertensi pada ibu hamil juga membuat plasenta tidak bisa menempel dengan sempurna.
Akibatnya, aliran darah dan asupan nutrisi bayi menjadi kurang baik, sehingga dapat menyakibatkan bayi kekurangan nutrisi.
"Satu lagi yang kita jangan lupa adalah ketika jadinya hipertensi itu akan menyebabkan stroke pada ibu hamil, sehingga menyebabkan plasentanya copot spontan. Jadi pendarahan dan plasentanya lepas," imbuhnya.