Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penulis Eka Kurniawan merayakan 20 tahun novel Lelaki Harimau dengan merilis kembali karyanya baru-baru ini.

Novel Lelaki Harimau pertama kali terbit pada 2004 namun kini dengan sampul baru yang lebih artistik dan filosofis, hasil desain seniman Wulang Sunu.  

Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan yang dalam bahasa Inggris berjudul Man Tiger itu berhasil meraih FT/OppenerhaimerFunds Emerging Voice kategori fiksi dan longlist Man Booker International Prize 2016.

Perjalanan terciptanya novel Lelaki Harimau kemudian diceritakan oleh Eka Kurniawan yang saat itu usianya masih 20 tahun tanpa adanya ekspetasi lebih dari hasil karyanya itu.

“Waktu itu ngga mikir banyak aku juga masih 20 tahun lebih muda dari orang mungkin, juga ngga di satu sisi ekspetasi ngga besar (terhadap novel Lelaki Harimau), pengerahuah dan pengalaman atau dunia sastra dan buku belum tau banyak. Aku baru 1 tahun di Jakarta 2003,” kata Eka ditemui di kantor penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU), Senin (21/12/2024).

“Di sisi lain muda juga naif, novel engga gede tapi ini novel merasa keren. Kalau harus berterima kasih salah satunya aku yang muda itu kenaifannya itulah,” lanjutnya.

Dalam perilisan kali ini Eka Kurniawan juga mencetak cerita pendek (cerpen) terbarunya berujudul Mat Pisau sebanyak 1.000 eksemplar.

Editor Senior Bidang Sastra GPU, Mirna Yulistianti kemudian menjelaskan alasan mencetak edisi spesial ini secarar terbatas.

Total akan mencetak ulang penerbitan ulang edisi ke-11 itu sebanyak 5.000 eksemplar, di mana 1.000 di antaranya akan dijual dengan bonus cerpen Mat Pisau.

"Bundling ini secara khusus memang untuk reseller saja. Cerpen ini juga khusus dibuat oleh Eka Kurniawan untuk merayakan 20 tahunnya novel Lelaki Harimau yang pertama kali diterbitkan pada 2004," katanya.

Pemilihan cerpen Mat Pisau sebagai bonus dalam novel Lelaki Harimau karena ia ingin memberikan persembahan untuk para pembaca Eka Kurniawan.

Adapun cerpen Mat Pisau memiliki premis seorang yang mencari keunikan dari dalam dirinya dengan menggunakan benda yang dianggap berbahaya yakni pisau.

Namun demikian objek tersebut menjadi sebuah keistimewaan baginya. Di dalamnya kisah perundungan turut diceritakan oleh Eka dalam cerpennya itu.