Era Kebangkitan Indonesia Olympians Association
Acara perayaan tiga tahun keberadaan Indonesia Olympians Association atau IOA diselenggarakan secara megah
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Acara perayaan tiga tahun keberadaan Indonesia Olympians Association atau IOA diselenggarakan secara megah pada Selasa (3/12/2013) di ballroom Hotel Century, Senayan.
Setelah acara puncak ulangtahun yang dikemas dalam tajuk 'anniversary celebration' itu, Anton Suseno dan kawan kawan dari IOA akan menggelar sepeda santai (fun bike)pada 29 Desember mendatang.
IOA terbentuk sejak 5 agustus 2010, dengan mantan 'sprinter' nasional Poernomo Mohammad Yudhi terpilih menjadi ketua umum (presiden pertama) dari munas mereka.
Namun, menyusul stag-nya organisasi, Poernomo tak aktif dan belakangan disebutkan mengundurkan diri, pertengahan 2012. Baru beberapa bulan terakhir roda organisasi IOA bergerak kembali.
Pergerakan roda organisasi semakin dinamis setelah Anton Suseno tampil menjadi pimpinan. Atlet olimpiade Indonesia berjumlah 254 terhitung sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinky, 1952. Tapi, IOA tak punya 'database' mengenai kemungkinan adanya anggota IOA yang sudah berpulang.
Acara perayaan ulang tahun ketiga IOA ini sekaligus menjadi ajang reuni atau sarana temu kangen. Dari total 254 anggota IOA di seluruh Indonesia, sekitar 60-an diantaranya dihadirkan di acara 'gala dinner' Selasa malam.
"Kita hanya mengundang olympians yang tinggal di sekitar Jabodetabek," kata Anton Suseno, Presiden IOA, yang mempersiapkan acara ini sejak tujuh bulan lalu.
Menjadi ajang temu kangen, karena silaturahmi memang terjadi diantara olympians senior dan yunior. Maka, acara IOA ini mempertemukan olympians-olympians senior seperti pemanah Olimpiade 1976 Montreal Leane Sumiar, petembak Lely Sampoerno, yang juga tampil di Montreal, serta Zus Undap, atlet anggar masa lalu, dengan olympians era 1990 dan 2000-an seperti Emma Tahapari, Rosiana Tendean, atau Chandra Wijaya.
Walau sudah berusia senja, bukan berarti juga mereka tidak bisa bersikap kritis. Simaklah apa yang disampaikan Leane Sumiar. Sekarang ini keolahragaan Indonesia sudah semakin kehilangan spirit sportivitas dan nilai-nilai olahraga itu sendiri.
"Saya sedih karena olahraga Indonesia sekarang ini seperti diperebutkan oleh empat elemen, kemenpora, KOI, KONI Pusat, dan Satlak Prima," katanya. (tb)