Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Ronny Lukito: Pengurus EQINA Berkorban Tanpa Pamrih

Sosok Ronny Lukito dikalangan komunitas equestrian tanah air tentu sudah demikian dikenal

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Ronny Lukito:  Pengurus EQINA Berkorban Tanpa Pamrih
ist
Ronny Lukito (tengah) bersama Ketum Pordasi Eddy Saddak dan pengurus EQINA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Ronny Lukito dikalangan komunitas equestrian tanah air tentu sudah demikian dikenal. Pemilik dari Bandung Equestrian Center (BEC), Lembang, Jabar, ini termasuk tokoh berkuda yang disegani kendati lebih suka berada di belakang layar.

Walau demikian, dari pencerahan yang disampaikannya, sangat mudah difahami jika Ronny Lukito terus mengikuti secara cemat dinamika yang terjadi dalam perjalanan equestrian nasional.

"Harapan saya, di 2014 nanti masalah kita segera selesai," demikian antara lain disampaikan Ronny Lukito terkait dualisme pembinaan
equestrian, antara EQINA (Equestrian Indonesia) dan EFI (Equestrian Federation of Indonesia).

Dari Australia, melalui Tribunnews.com, Ronny Lukito menuturkan isi hatinya secara terbuka:

"Pertama-tama tentang EQINA, kinerja EQINA menurut saya luar biasa konsisten. Harapan saya, di 2014 nanti masalah kita segera selesai.
Tanggapan saya dari kejuaraan AEK Memorial III di Pegasus Stable, ada pemerataan dari prestasi atlet dan klub-klubnya juga. Ini bukti bahwa pembinaan EQINA berjalan dan berfungsi dengan baik. Saya salut dan bangga dengan ketua dan pengurus EQINA yang sekarang, luar biasa mereka.

Kalau saya menilai bahwa pengurus EQINA teleh bekerja secara luar biasa, itu terlihat dari suksesnya setiap kejuaraan yang mereka gelar.
Sudah terbukti setiap pertandingan diikuti banyak klub dan atlet, dan terbukti hasilnya dalam satu tahun terakhir ini. Banyak kemajuan dan
peningkatan baik di 'jumping' atau 'dressage'.

Kepengurusan yang sekarang juga luar biasa kompaknya, mereka berkorban tanpa pamrih, Jose Partokusumo, Bibit Sucipto, Dewi
Anggraeni, dan teman-teman lainnya. Juga pengorbanan Eddy Saddak sebagai ketua Pordasi, sungguh luar biasa, beliau betul-betul
konsisten untuk memajukan equestrian. Wah, terbayang kalau (equestrian) bisa bersatu, prestasi Indonesia akan lebih baik lagi tentunya.
Mengenai upaya banding Pordasi ke CAS (Court of Arbitration for Sport/Pengadilan Arbitrase Olahraga Internasional), saya kira memang
itu yang harus ditempuh, dan itu menjadi harapan terakhir kita.

BERITA TERKAIT

KEBENARAN HARUS TERJADI

Saya berharap dan berdoa ada keputusan yang bijaksana agar nilai-nilai luhur berolahraga jangan dicederai dan dirusak, demi kemajuan, kelanggengan, dan keutuhan equestrian di Indonesia yang sudah dirintis oleh para pendahulu dengan semangat yang murni. Jangan lagi dikotori oleh ambisi dan ego sekelompok, dengan melupakan hukum, prinsip-prinsip dan nilai olahraga yang sesungguhnya.

Saya juga menyesalkan sikap Rita Subowo sebagai ketua KOI, yang tidak bisa konsisten, bahkan beliau berpihak lebih membela EFI yang
jelas-jelas sudah melanggar.

Kalau di CAS kita kalah lagi, saya berharap, permasalahan atau dualisme pembinaan equestrian ini bisa diselesaikan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Ini karena pemimpin (olahraga) kita tidak bisa menyelesaikannya, tidak mampu mempersatukan.

Saya sedih melihat para pemimpin olahraga kita yang tidak mampu menyelesaikan masalah ini, sehingga sebagai akibatnya prestasi
equestrian Indonesia menjadi korban. Juga atlet dan klub-klub menjadi korban. Padahal masalahnya sepele, hanya butuh netralitas dan
ketegasan, kejujuran, dan keadilan. Saya sedih, ternyata penyelesaian masalahnya tidak bisa sesederhana itu". (tb)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas