Triyanto Saudin: Kasihan Pemain Jika Terjadi Kemelut Tenis Meja
Dari perpecahan yang terjadi di tubuh organisasi tenis meja nasional yang paling dirugikan adalah pemain merekalah korbannya
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari perpecahan yang terjadi di tubuh organisasi tenis meja nasional, yang paling dirugikan adalah pemain, merekalah korbannya.
Buktinya, tim tenis meja Indonesia mengalami kegagalan total di SEA Games 2013 Myanmar, tidak berhasil merebut satu medali perunggu pun, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Termasuk dalam kepengurusan pimpinan Triyanto Saudin, antara 2000 hingga 2002.
"Di SEA Games 2001 Kuala Lumpur masih ada medali yang kita bawa pulang, meskipun memang bukan emas," aku Triyanto Saudin kepada Tribunnews.com, Rabu (5/2/2014) malam.
"Jadi kerugian yang akan diterima para pemain itu yang mestinya dipikirkan oleh mereka yang sekarang bertikai ini," jelas Triyanto Saudin, yang sangat menyayangkan semakin berlarut-larutnya permasalahan yang dialami organisasi tenis meja nasional.
Triyanto Saudin bahkan mengaku tidak habis pikir jika kerusakan di tubuh organisasi tenis meja kini kian parah, diwarnai adanya dua ketua umum, yakni Wakapolri Komjen (Pol) Oegroseno dan Ketua DPR Marzuki Alie.
"Jelas tenis meja semakin terpecah. Sebagai pencinta tenis meja kenyataan ini sangat memperihatinkan dan membuat kita menangis," tutur Triyanto.
"Kasihan pemain. Kalau dua kepengurusan itu terus berlanjut, yang bingung nantinya juga kan pemain. Kepada siapa mereka harus memilih? Siapa yang paling berhak untuk membina pemain? Bagaimana soal kaderisasi, siapa yang paling harus bertanggung-jawab?" Triyanto mengurai tanya.
Menurut Triyanto, dia tidak yakin jika salah satu dari dua ketua umum yang ada sekarang akan mengalah, apalagi jika keduanya sama-sama merasa didukung oleh pihak yang paling benar. Oleh karena itu, menurut Triyanto, yang dibutuhkan saat ini sepertinya adalah 'keajaiban'.
"Syukur kalau keduanya juga bisa bertemu, dan itu tentunya sangat luar biasa. Kalau mau berpikir dan menyelamatkan tenis meja, itu bagus sekali. Kalau itu terjadi, luar biasa. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh," Triyanto Saudin seperti mengingatkan.
Sebagaimana menjadi harapan banyak orang, Triyanto Saudin juga menyatakan bahwa yang kini diminta dari Oegroseno atau Marzuki Alie adalah bagaimana mereka bisa menjadi 'negarawan olahraga'. Yakni, fokus untuk persatuan internal.
"Kalau mereka mengaku m,encintai tenis meja, saya kira itu bisa dilakukan," kata suami dari Vivi Effendi itu, anggota DPD RI asal DKI Jaya.
Karena kecintaan Triyanto pula kepada tenis meja, ia menghimbau kepada Marzuki Alie untuk mencintai tenis meja secara benar, jangan dijadikan kendaraan politik. Kalau Marzuki Alie bertekad untuk meneruskan amanah atau tanggung-jawab yang sudah diembankan kepadanya, maka Marzuki Alie harus bekerja keras dalam memilih orang untuk menjadi jajaran pembantunya.
"Marzuki Alie harus mengerti mana orang yang mesti dibuang, dan mana yang memang mesti dipakai," urai Triyanto terkait kepengurusan Marzuki Alie.
Namun demikian, kata Triyanto, pilihan terbaiknya adalah bagaimana dua ketua umum ini bisa bertemu, duduk bersama untuk membicarakan kemajuan tenis meja, bukannya malah terus melanjutkan perpecahan. (tb)