Empat Tahun Lagi Baru Pebulutangkis Putri Indonesia Bisa Bicara di Kancah Dunia
Kebangkitan di kelompok putri bakal terwujud setidaknya empat tahun lagi. Potret suram soal pencapaian tunggal putri Indonesia semakin tergambar nyata
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Alan Budi Kusuma, legenda hidup bulutangkis Tanah Air, memprediksi kebangkitan di kelompok putri bakal terwujud setidaknya empat tahun lagi.
Pertandingan bulutangkis di partai tunggal putri tidak lagi menjadi tontonan wajib dan menarik bagi masyarakat sejak era Susi Susanti dan Mia Audina.
Belum munculnya pebulu tangkisputri yang mampu mengguncang jagat bulutangkis membuat prestasi di kelompok putri terasa terus melorot.
Alan Budi Kusuma memprediksi kebangkitan di kelompok putri bakal terwujud setidaknya empat tahun lagi. “Cukup lama juga. Minimal tiga hingga empat tahun. Itu sudah lumayan, mengingat rata-rata pembinaan PBSI untuk mendapat atlet hebat perlu delapan tahun,” kata Alan saat mengunjungi pembukaan pendaftaran peserta audisi umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2015 di GOR Hevindo di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (5/5/2015).
Sederet nama pebulu tangkis kini mencuat. Banyak yang berharap mereka bisa menggantikan ketenaran Susi Susanti dan Mia Audina. “Ada Hana Ramadhini, Fitriani, Gregoria Mariska, itu yang muda-muda kita harapkan,” kata Alan.
Begitu lamanya publik mengharapkan kehadiran ratu tepok bulu Indonesia dilatari sejumlah alasan. Alan mengatakan, salah satunya adalah sulitnya menemukan bibit dengan kualitas superbaik di tengah jumlah bibit putri yang sedikit. “Misal kita bikin audisi seperti ini, peserta putri selalu sedikit, tidak sebanyak putra. Antusiasmenya rendah,” kata Alan.
Teknik bukan menjadi persoalan utama. Alan mengatakan, bicara teknik justru tidak ketinggalan dari pebulutangkis negara lain. Kompetisi dalam bulu tangkis tidak melulu soal teknik, tetapi juga fighting spirit, mental, dan kemampuan berpikir di lapangan.
Kekurangan di faktor selain teknik ini yang menonjol di bibit-bibit putri. “Teknik tidak kalah. Hal seperti mental, psikologi, dan cara berstrategi masih kalah dengan atlet luar. Faktor ini berpengaruh di lapangan,” katanya.
Potret suram mengenai pencapaian tunggal putri Indonesia semakin tergambar nyata pada tahun ini. Putri Indonesia berada di bawah Jepang, Korea, bahkan Thailand, dengan rata-rata ranking perorangan di 80 besar.
Alan mengharapkan, melalui audisi beasiswa kali ini bisa didapati bibit berbakat yang kelak membawa harum nama Indonesia di kancah internasional.
Tentang audisi beasiswa Djarum sendiri, seleksi ini berlangsung di sembilan kota di Indonesia. Setelah Palembang dan Medan, kini berlangsung secara bersamaan di Jember dan Balikpapan selama tiga hari, 6-9 Mei 2015.