Seri I Final Kejurnas Pacuan 2015: Antara Misteri, Strategi dan Keberuntungan
Seri pertama final Kejurnas Pacuan Kuda ke-49 telah dilangsungkan Minggu (16/8) lalu di Pulomas Jakarta Timur
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Seri pertama final Kejurnas Pacuan Kuda ke-49 telah dilangsungkan Minggu (16/8) lalu di Pulomas, Jakarta Timur. Hasilnya telah sama-sama diketahui.
Kontingen Jatim yang menempatkan 24 kudanya dari total 74 kuda yang berlaga pada delapan race seri kejurnas, menduduki posisi kedua atau runner-up dalam akumulasi pengumpulan medali dan nilai dari keseluruhan yang diperebutkan.
Jatim harus puas dengan perolehan nilai 38 dari total nilai 156 yang terakumulasi pada delapan race final.
Posisi teratas dalam pengumpulan medali dan nilai kejuaraan justru ditempati kontingen Jateng dengan 69,5 angka.
Seperti Jatim, kontingen Jateng juga menempatkan kudanya pada seluruh nomor final. Namun, jumlah finalis dari Jateng lebih sedikit dari Jatim, yakni 18.
Sementara itu, posisi ketiga ditempati kontingen Jabar, dengan nilai 27,5. Jabar hanya menempatkan kuda-kudanya di enam nomor final. Mereka tak menempatkan kudanya di kelas 2 Tahun Pemula A/B-1400 meter dan Kelas 3 Tahun Derby-2000 meter, nomor puncak seri-1 kejurnas ini.
Urutan ke-4 ditempati kontingen Sumbar dengan nilai 15, disusul Sulut dengan nilai 6. Kontingen DKI Jaya, bersama DIY, Riau, Kalsel, dan NTT, sama-sama belum beruntung untuk memperoleh nilai.
Hasi akhir dari final seri-1 Kejurnas Pacuan disebut-sebut agak diluar dugaan atau mengejutkan dari perkiraan sebelumnya.
Hingga beberapa jam sebelum perlombaan dimulai, sebagian dari 'stakeholders' dan praktisi pacuan masih memperkirakan kontingen Jatim akan menjadi pengumpul medali terbanyak, sekaligus peraih nilai tertinggi dari deapan race final di seri perdana ini.
Jatim, Jateng, dan Jabar, itulah posisi tiga teratas yang paling banyak diperhitungkan. Akan tetapi, kenyataan berbicara lain.
Hasil akhir dari peraihan medali dan pengumpulan nilai di seri pertama ini seperti menyempurnakan rangkaian kejutan yang terjadi di beberapa kelas.
Terutama di kelas paling bergengsi dan dinanti-nanti ribuan penonton, Derby 3 Tahun jarak 2000 meter yang disebut juga Indonesia Derby itu.
Bila merujuk dari apa yang disampaikan oleh Ketua Komisi Pacuan PP Pordasi yang sekaligus ketua panpel seri-1 kejurnas pacuan ini, yakni Ir.H.Munawir, apa yang terjadi itu adalah campuran antara misteri, strategi dan faktor keberuntungan.
"Soal misteri, ada beberapa kelas yang selama ini hasilnya kerap unpredictable, susah diperhitungkan atau sering mengejutkan. Kalau menyangkut strategi, semua kontingen pasti punya strategi masing-masing. Untuk keberuntungan, ya, kadang faktor itu juga sering membantu. Para joki hanya harus tetap fokus sepanjang perlombaan, melihat dan mencermati apa yang terjadi. Sering terjadi perubahan strategi tergantung pada interaksi yang terjadi dalam perlombaan," papar Munawir, yang juga Ketua Pengprov Pordasi Jateng itu.
"Jateng beruntung bisa mengungguli Jatim dalam perolehan angka kejurnas karena kuda-kuda Jateng ada di delapan nomor final itu. Strategi yang kami terapkan juga tepat," seru Munawir, pemilik Tombo Ati Stable, Surakarta. Itu. tb