“Jessie masih banyak pekerjaan di Jepang. Dia menikmati pekerjaannya. Dia menjadi model, punya acara televisi, dan menyelesaikan sebuah film Jepang. Dia menikmati bekerja, yang mana itu bagus. Tapi tentu saja itu artinya kami sangat jarang bertemu,” jelasnya.

Button sendiri sulit menjanjikan kapan dirinya bisa menemui istrinya tersebut. Jadwal balapan yang membaut Button harus sering bepergian keliling dunia, membuatnya tak bisa mengatakan bahwa ia akan mengunjungi Jessica saat akhir pekan.

“Saya sangat sering bepergian untuk balapan, sehingga saya tak bisa mengatakan ‘Saya akan mengambil libur akhir pekan Formula 1 dan pergi ke Jepang untuk menemuimu’.

Hal itu tak terjadi pada olahraga. Dia akan datang pada separuh balapan. Tapi ketika saya sedang balapan, saya bukan pribadi yang sama,” ucapnya.

“Saya harus egois, harus fokus. Saya pribadi yang sangat berbeda. Dan Jessie tahu itu. Dia memahaminya, seperti kebanyakan teman-teman saya dan keluarga. Saya bisa sedikit bersemangat selama balapan,” lanjutnya.

Untuk mendukung aktifitasnya yang sangat mobile, Button sampai memiliki kriteria sendiri terkait apartemen yang dijadikan tempatnya melepas lelah.

Ia lebih suka apartemen simpel yang membuatnya mudah mengemas barang-barang saat hendak bepergian.

“Saya ingin apartemen yang simpel, mudah. Jadi saya bisa masuk, melakukan kegiatan, dan pergi lagi. Berkemas dan pergi. Itu sudah menjadi hidup saya selama 16 tahun,” paparnya.

Adapun sebelum dikabarkan berpisah, keputusan Button untuk menikahi Jessica memang terbilang cukup cepat.

Button dan Jessica resmi bertunangan pada Februari 2014, bertepatan dengan hari Valentine. Button melamar kekasihnya dengan memberikan cincin seharga 250 ribu pound atau sekitar Rp 4,8 miliar.

Pada bulan Desember 2014, Button dan Jessica menikah di Hawaii. Keduanya memutuskan melangsungkan pernikahan di Hawaii karena ingin sekaligus menjalani bulan madu.

Saat itu, Button dan Jessica memilih Grand Wailea Resort sebagai tempat menginap usai acara pernikahan.