Denny Thios, dari Atlet Angkat Besi Hingga jadi Tukang Besi
Saat ini, di usia senjanya, pria kelahiran Makassar 22 Desember 1969 tersebut menghidupi kebutuhan sehari-hari sebagai seorang tukang besi.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Wahid Nurdin
Ia tercatat pernah memecahkan tiga rekor dunia di ajang lifter, satu pada kategori senior dan dua di kategori junior.
"Waktu itu saya pecahkan rekor atlet Jepang yang sudah bertahan selama tujuh tahun di kelas Senior dengan total angkatan seberat 242,5 kg. Sebelumnya rekornya itu dipegang oleh lifter Jepang, Inaba dengan rekor 237,5 kg, kejuaraannya di Frederikstad" ujar Denny.
Sedangkan untuk kategori Junior, Denny memecahkan rekor dunia ketika berlomba di kejuaraan Angkat Besi II di Takamatsu Jepang dan Kejuaraan Angkat Besi III saat berhasil mengangkat barbel seberat 210 kg pada usia yang masih relatif muda, 22 tahun.
Tahun 90-an merupakan masa kejayaan Denny. Selain Internasional, ia juga menjadi atlet paling bersinar di Indonesia saat itu khususnya Sulawesi Selatan.
Denny selalu menjadi wakil Sulsel di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON), dan sudah bisa ditebak, ia selalu berhasil menggondol medali di tiap ajang yang diikutinya.
Meskipun begitu, pemegang rekor angkat berat yang hingga saat ini belum ada yang bisa memecahkannya di Indonesia juga pernah mengalami masa-masa sulit. Ia pernah dicap sebagai kacang lupa kulitnya.
Kejadian itu bermula saat Denny memilih hengkang dari tanah kelahirannya menuju ke Provinsi Jawa Timur. Ia memilih membela Jawa Timur di ajang PON dengan alasan pekerjaan.
Hal itu membuat pengurus olahraga angkat besi di Sulsel waktu itu menjadi geram. Denny pun dicap sebagai pengkhianat dan kacang lupa kulitnya, lantaran ia dididik dan dibesarkan menjadi seorang atlet di Sulawesi Selatan.
Yang membuat KONI Sulsel semakin "panas" adalah karena Denny mampu mendulang banyak emas untuk Jawa Timur pada PON ke-13 yang diikutinya.
"Itu masa lalu, saya pikir itu pengalaman yang tidak perlu diungkit lagi. Saya hanya berpikir, waktu itu kalau kita tidak mengikuti orang Jawa, maka kita akan sulit untuk berhasil," kata Denny mengingat masa lalunya.
Kini Denny seolah terlupakan oleh pemerintah dengan prestasi apa yang pernah ia raih. Tak ada lagi perhatian khusus dari pemerintah untuk para mantan atlet.
Namun Denny juga tidak menuntut banyak, ia hanya berharap olahraga yang pernah dibuat berjaya untuk Indonesia di tingkat dunia itu bisa terus berkembang untuk ke depannya dengan melahirkan bibit-bibit potensial.
"Olahraga angkat berat itu tidak populer di Indonesia, sangat jarang atlet yang mau menggelutinya, jadi perlu perhatian khusus dari pemerintah jika memang mau berprestasi,' pesannya.
Denny juga membeberkan rahasia suksesnya hingga mampu mengibarkan bendera merah putih di berbagai negara di Dunia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.