Paralayang Catat Rekor Terbang Bersama 110 Pilot
Indonesia kembali mencatatkan namanya dalam sejarah olahraga dirgantara dunia.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA - Indonesia kembali mencatatkan namanya dalam sejarah olahraga dirgantara dunia.
Setelah perjuangan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) berbuah manis akhir September lalu dengan keputusan OCA (Dewan Olimpiade Asia) menyetujui cabang Paralayang mengikuti Asian Games 2018 Indonesia, 110 pilot (sebutan untuk atlit olahraga dirgantara) berhasil memecahkan rekor MURI (Musium Rekor Indonesia) untuk terbang bersama 99 pilot yang dibuat pada 9 September 2009.
Sebenarnya yang terbang berjumlah 144 pilot dari seluruh Indonesia, baik sipil, atlit, anggota militer maupun turis asing. Namun karena kesepakatan awal adalah pembuatan rekor 110 pilot, maka yang tercatat di MURI adalah jumlah tersebut.
Kegiatan yang berlangsung di Gunung Payung, Nusa Dua, Bali pada Minggu (16/10) adalah rangkaian Bali Aerosport Show (BAS) 2016 pada 15 dan 16 Oktober.
Selain Paralayang, cabang Gantolle/Layang Gantung mencatat rekor baru terbang bersama 25 pilot di Gunung Payung serta cabang Paramotor (Paralayang bermotor) mencatat rekor baru terbang bersama 30 pilot di Lapangan Mertasari, Sanur, juga pada Minggu (16/10).
Tim aerobatik TNI AU Jupiter Aerobatik Team (JAT) berkekuatan enam pesawat Tucano buatan Brasil, juga memeriahkan BAS ’16.
Mereka mempesona warga Denpasar serta turis asing maupun domestik dengan atraksinya yang mendebarkan di atas Lapangan Renon, Denpasar, Minggu pagi (16/10).
Setelah berhasil menarik animo masyarakat pada 2014, BAS kembali digelar untuk memeriahkan Sidang Umum ke-110 FAI (Federasi Aeronautika Internasional), induk olahraga dirgantara dunia, yang berlangsung di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, 13-15 Oktober.
Diikuti 156 orang perwakilan asal sekitar 70 negara, dari Amerika Serikat hingga Korea Utara. Beberapa lokakarya juga berlangsung selama Sidang Umum, diantaranya; manajemen kejuaraan, bagaimana menjaring sponsor, kiat penghitungan hasil lomba dengan teknologi informasi agar lebih cepat dan akurat, serta proses uji doping.