Detec Open 2018: Memperbaiki Pondasi Rapuh Tenis Indonesia
Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis Yunior Detec Open 2018 resmi begulir di Lapangan Tenis Gelora Manahan Solo, Senin (25/6).
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tenis Yunior Detec Open 2018 resmi begulir di Lapangan Tenis Gelora Manahan Solo, Senin (25/6).
Hampir 400 petenis kelompok umur (KU) 10, 12, 14 dan 16 serta 18 tahun, dari berbagai penjuru Tanah Air mengikuti turnamen yang masuk dalam kalender resmi pertandingan PP Pelti (TDP) ini.
“Tahun ini, sesuai anjuran Federasi Tenis Internasional (ITF), Detec Open menggelar pertandingan tunggal KU 8 dan 10 menggunakan bola oranye,” tutur pemrakarsa Detec Open, Deddy Prasetyo.
Langkah ini, lanjut founder Deddy Prasetyo Tennis Club (Detec) itu, meneguhkan misinya untuk memperbaiki pondasi tenis nasional yang rapuh.
“Hampir semua petenis usia dibawah 12 tahun di Indonesia, langsung berlatih memukul bola kuning, seperti yang dipakai orang dewasa. Seharusnya mereka bermain terlebih dahulu dengan bola oranye, merah dan hijau yang bertekanan lebih lembek untuk mengasah ketrampilan memainkan bola tenis,” papar pria yang menempati posisi Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP Pelti ini.
Kejurnas Detec Open yang telah terselenggara di Solo untuk ketiga kalinya ini bakal berlangsung hingga Sabtu (30/6).
Hasil Senin (25/6)
Tunggal Putra
KU 10
Yohannes Sinlaire (Sukoharjo) v Aditya Resha (Pekalongan) 8-6
Nesza Julian (Banyumas) v Jahfal Tsaqif (Banyuwangi) 8-2
Ezio Fadhilah (Bogor) v Gabriel Brilian (Gunung Kidul) 8-3
Theo Putra (Bali) v M. Fakhri Ammar (Karanganyar) 8-1
Nozaki Tri Nurcahyo (Tulungagung) v Rakan Martwento (Serang) 9-8(3)