Timnas Tenis Meja Indonesia ke Asian Games 2018 Dapat Suntikan Semangat dari Olimpian Indonesia
Tiga legenda tenis meja nasional memberikan suntikan semangat dan motivasi kepada para yuniornya yang akan tampil di Asian Games XVIII/2018.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga legenda tenis meja nasional memberikan suntikan semangat dan motivasi kepada para yuniornya yang akan tampil di Asian Games 2018. Mereka adalah Tonny Meringgi, Anton Suseno, dan Ismu Harinto.
Mereka melihat latihan Timnas Tenis Meja Indonesia ke Asian Games 2018 di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jakarta Selatan. Kedatangan mereka sengaja diutus oleh Yayuk Basuki, ketua IOA, Indonesia Olympian Association. IOA adalah wadah berhimpunnya atlet-atlet nasional multi cabang olahraga yang pernah tampil di Olimpiade.
Bukan sekadar kebetulan jika Tonny Meringgi, Anton Suseno dan Ismu Harinto berasal dari cabang olahraga yang sama yakni tenis meja. Ketiganya sebelum ini sudah mendatangi pelatnas cabor lainnya, baik yang dipertandingkan di Jakarta dan Palembang, Sumsel.
Tonny Meringgi bahkan baru Selasa siang kembali dari Palembang, dan langsung ke tempat latihan Timnas Tenis Meja Asian Games di Pusdiklat PLN, Ragunan, Jaksel.
Ketua Umum PP PTMSI Oegroseno mengapresiasi kehadiran tiga Olympian yang juga legenda tenis meja nasional tersebut. Ia berharap 10 atletnya yang akan berkompetisi di Asian Games XVIII/2018 dapat memetik pelajaran dari pencapaian luar biasa ketiga Olympian.
"Tentunya juga kesuksesan mereka dapat menjadi inspirasi dan memacu diri guna memberikan yang terbaik bagi bangsa ini," kata Oegroseno dihadapan ke-10 atletnya.
Ke-10 petenis meja Indonesia yang akan berkompetisi di Asian Games XVIII/2018 ini adalah Ficky Supit Santoso, Muhammad Bima Abdi Negara, Donny Prasetya Aji, Luki Purkani dan Deepash Anil Baghwani (putra), serta Gustin Dwijayanti, Lilis Indriani, Kharisma Nur Hawwa, Atikah Dwi Rahayu, dan Rina Sintya (putri). Mereka ditangani oleh duet pelatih Haryono Wong dan Novita Oktariyani, sementara Sugeng Utomo Soewindo menjadi manajer tim.
"Kalian tahu apa artinya Olympian?" Sugeng Utomo melontarkan pertamyaan itu kepada para pemainnya. Ia langsung melanjutkan sesaat tidak ada yang menjawab."Olympian itu adalah atlet -atlet yang pernah bertanding di Olimpiade. Tidak mudah untuk bisa bertanding di sana, karena untuk tenis meja bahkan harus mewakili zona Asia," papar Sugeng Utomo, legenda tenis meja Indonesia dari era 1970-an.
Ia lalu menunjuk Ismu Harinto, pemain terakhir dari Indonesia yang bertanding di Olimpiade tahun 2000 di Sydney, Australia. "Jadi sudah 18 tahun tidak ada pemain Indonesia yang tampil di Olimpiade. Saya berharap kedepannya ada yang memperoleh kesempatan berharga itu, siapapun di antara kalian," Sugeng Utomo menjabarkan.
Satu persatu ketiga Olympian memberikan suntikan motivasi kepada para yuniornya tersebut. Anton Suseno, yang tiga kali tampil di Olimpiade, yang pertama berbicara. Ia menguraikan bagaimana para atlet senior mempertahankan level penampilannya dengan senantiasa berlatih serius, termasuk dengan terus memotivasi diri melalui latihan-latihan keras walau tanpa pelatih.
"Kalian harus berjuang untuk meningkatkan kondisi fisik dan mengasah mental," demikian antara lain disampaikan Anton Suseno, yang menjadi ketua IOA sebelum Yayuk Basuki.
Ismu Harinto yang berbicara setelah Anton Suseno, mengemukakan harapannya agar para pemain muda ini mampu untuk terus menerus meningkatkan kepercayaan dirinya, bertanding all-out dan tidak minder. Jangan takut kalah sebelum bertanding, kata Ismu.
"Mereka juga makan nasi, sama dengan kalian, jadi kenapa harus gentar!" Ismu membakar semangat yuniornya.
Tonny Meringgi yang berbicara terakhir, menyampaikan harapannya agar para pemain memanfaatkan sisa waktu yang tersisa dengan berlatih semaksimal mungkin. Ia meminta mereka untuk bertanding dengan kemampuan teknik yang lebih baik setelah menjalani pelatnas hampir lima bulan di Cina dan try-out di banyak event internasional.
Namun demikian, Tonny Meringgi sebelumnya sempat mengurai kekhawatirannya, apakah para pemain muda ini mampu mempertahankan kemajuan yang mereka peroleh dalam pelatnas di Cina setelah mereka kini kembali ke Indonesia.