Adi Suwandana: Sulit Membentuk Karakter Petinju yang Berkualitas
Penampilan petinju yang menghuni skuat Tinju Indonesia di Asian Games XVIII sangat jauh berbeda dibandingkan pada test Event Tinju Asian Games
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penampilan petinju yang menghuni skuat Tinju Indonesia di Asian Games 2018 sangat jauh berbeda dibandingkan pada test Event Tinju Asian Games yang digelar Februari lalu.
Pengakuan itu dilontakan mantan-mantan petinju yang hadir menyaksikan penampilan mereka termasuk peraih emas Asian Games Beijing, Tiongkok 1990, Pino Bahari.
Bagaimana mereka bisa tampil di luar dugaan? Semua itui dikuak Pelatih Kepala Tim Tinju Indonesia, Adi Suwandana saat berbincang dengan Pino Bahari di Hall C JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, Minggu (26/8/2018). Banyak perbincangan menarik yang layak dituangkan.
Sebagai contoh, sulitnya membentuk karakter petinju yang berkualitas dan memiliki mental kuat untuk meraih prestasi.
“Mereka itu kan datang dari berbagai sasana di daerah. Saat bergabung di Pelatnas mereka sulit diarahkan untuk mengikuti program pelatihan teknik. Tidak mau diubah gaya bertinjunya ke arah yang lebih baik. Kayak sudah jago tinju aja. Padahal, mereka minim teknik dasar bertinjunya. Cara memukul saja ada yang tidak beraturan seperti menampar,” ungkap Adi Suwandana.
Selain membenahi masalah teknik bertinju, kata Adi Suwandana, persoalan non teknis pun membalut petinju. Dari mulai masalah pribadi hingga keluarga.
“Pokoknya banyak persoalan yang harus diatasi. Bahkan, ada petinju yang ingin mengundurkan diri karena tidak tahan dengan atuan yang wajib ditaati sebagai anggota pelatnas. Tetapi, akhirnya dia menyadari kekeliruannya dan meminta maaf,” jelasnya.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Adi Suwandana menjawab, “Ya, kita lakukan pendekatan untuk mengetahui segala permasalahan non teknis yang mempengaruhi prestasinya. Kemudian, kita terus memberikan motivasi dengan menjelaskan bahwa keberadaan mereka di pelatnas itu untuk kepentingan bangsa dan negara. Dan, mereka juga harus memanfaatkan momen Asian Games yang digelar di Indonesia untuk mengubah hidup ke arah yang labih baik lagi. Apalagi, pemerintah akan memberikan bonus cukup besar dan menjadi pegawai negeri sipil bagi atlet berprestasi. Kalau tidak sekarang kapan lagi bisa berubah. Kalimat itu sering disebutkan saat dalam pertemuan rutin.”
Memang tidak cepat perubahan bisa dilakukan. Tapi, kata Adi Suwandana, metode pendekatan dan pemberian motivasi rutin itu pelahan telah membuahkan hasil.
“Tadinya mereka yang malas-malasan sudah mulai mengikuti aturan yang telah disepakati. Dari sini lah, kita mulai perbaiki teknik dan tingkatkan mental bertandingnya. Nah, perubahan itu akhirnya mulai terlihat dan mereka bisa tampil lebih baik lagi,” tuturnya.
Selain kedua metoda itu, kata Adi Suwanana, pihaknya mengedepankan ketegasan dalam penerapan aturan serta memberikan hukuman bagi setiap pelanggaran.
“Seluruh petinju wajib menyerahkan telepon selularnya saat hendak jam istirahat. Jika kedapatan tidak menyerahkan maka telepon selularnya diambil dan tidak boleh digunakan dalam jangka waktu tertentu. Aturan ini diterapkan agar jam istirahatnya cukup dan tidak keasyikan main telepon sampai pagi,” katanya.